Deklarasi Anies-Cak Imin di Hotel Majapahit, Saksi Bisu Perjuangan Melawan Penjajah
- Travelingyuk.com
Surabaya, VIVA Jatim – Deklarasi pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar akan digelar di Hotel Majapahit, Surabaya, pada Sabtu siang ini, 2 September 2023. Namun, terlepas dari hiruk-pikuk dinamika politik itu, ternyata Hotel Majapahit menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan melawan penjajah.
Hotel ini pun menjadi saksi bagaimana perjuangan arek-arek Suroboyo merebut kemerdekaan Indonesia. Lantas seperti apa sejarah lengkapnya? Berikut Viva Jatim rangkum dari data Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya.
Hotel Majapahit dibangun pada 1 Juni 1910 di Jalan Tunjungan 65 Surabaya. Oleh sang pembeli, Lucas Martin Sarkies bersaudara, bangunan tersebut kemudian dibuka secara resmi pada 1912 sebagai tempat penginapan bernama Hotel Oranje.
Sembari beroperasi, sang pemilik terus melakukan perbaikan dan perluasan bangunan hotel. Dua sayap ditambahkan dan bagian lobi diperluas. Pembukaan hotel yang sudah direnovasi itu dirayakan pada tahun 1930 dengan dihadiri banyak tamu penting. Di antaranya Putra Mahkota Leopard III dari Belgia, Putri Astrid dari Swedia, dan aktor lucu legendaris Charlie Chaplin.
Hotel tersebut berganti nama setelah Jepang menduduki Hindia Belanda atau Indonesia. Dari tahun 1942 hingga 1945, penginapan kelas elit itu berganti nama menjadi Hotel Yamato. Saat itu, hotel tersebut juga dijadikan sebagai markas pasukan dan pengatur strategi oleh Jepang di Jawa Timur.
Selepas Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda bersama sekutunya (NICA) coba kembali menduduki Indonesia. Kota Surabaya termasuk salah satu kota kunci yang hendak dikuasai. Hotel Yamato kembali dikuasai pihak penjajah. Tiang bendera di hotel tersebut kembali berganti menjadi bendera Belanda.
Pada 19 September 1945, sekelompok pemuda revolusioner pro kemerdekaan melakukan aksi perobekan bagian warna biru pada bendera Belanda, sehingga tersisa warna merah-putih, warna bendera Indonesia. Peristiwa itu dikenal dengan Insiden Hotel Yamato. Menyusul peristiwa tersebut, hotel itu kemudian berganti nama menjadi Hotel Merdeka.