Hendro Sang Pionir Pendidikan Robotika, Sukses Cetak Siswa Juara Internasional
- Ibnu Abbas/Viva Jatim
Tahun 2015 sampai 2016 adalah satu waktu dimana rintisan Hendro itu sudah mengalami perkembangan pesat. Hendro mengaku, bahwa tantangan terbesar yang dihadapinya saat itu bukan lagi pesaing dari sekolah lain. Melainkan ketika berkompetisi sesama siswanya sendiri.
"Karena kalau siswa luar itu mah lewat aja gitu. Justru beratnya ketika berkompetisi dengan siswa sendiri. Itu yang berat bagi kami," kata Hendro.
Ditanya perihal rahasia keberhasilannya mendidik siswa berprestasi, Hendro tak menampik. Ia menjelaskan strategi yang ia terapkan. Sebagai lulusan pascasarjana psikologi pendidikan ia memahami betul bagaimana cara mendidik siswa yang baik sehingga bakat dan kemampuannya betul-betul terasah.
"Belajar yang kami terapkan itu berbasis proyek. Di dalam robot itu banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan melalui proyek. Lah di situ kompetensi literasi dan nomerasi mereka naik. Bisa menjuarai beberapa event," ungkap Hendro menjelaskan.
Saat ditanya Prof Emil Salim, kenapa bisa menjuarakan anak-anak Indonesia hingga tingkat internasional sementara pendidikan di Indonesia rendah. Hendro pun menjawab karena penilaian di sekolah-sekolah hanya bersifat kognitif dan multiple choice.
"Ya kayak Ujian Nasional itu. Sedang kami di sekolah robotika, siswa dilatih berbasis problem dan proyek," tegasnya.
Mendirikan AWG Robotic Course
Baru kemudian di tahun 2017, terbersit dalam pikiran Hendro untuk mendirikan lembaga tersendiri secara mandiri. Di tahun yang sama itu pula menjadi puncak pencapaiannya. Ia diamanahi Kepala Sekolah hingga berhasil menjadikan SMP Islam Al-Azhar 13 Surabaya sebagai sekolah bertaraf internasional berlisensi resmi.
"Mengapa saya katakan berlisensi resmi, karena banyak sekolah lain yang mengatasnamakan internasional, namun sebenarnya tidak resmi. Nah kami ini berlisensi resmi. Menjadi bagian dari 503 sekolah di Indonesia yang berstandar internasional," ujarnya.