Hendro Sang Pionir Pendidikan Robotika, Sukses Cetak Siswa Juara Internasional
- Ibnu Abbas/Viva Jatim
Di tahun yang sana pula, pria kelahiran Mojokerto, 18 Mei 1985 itu mencoba mendaftar ke Satu Indonesia Award sekitar bulan Juni 2019. Hendro menceritakan, saat presentasi di hadapan juri, alasan dirinya penting mendidik generasi muda di bidang robotika. Bahwa belajar dunia robotika harus dimulai sejak dini. Sehingga ketika sudah dewasa, tepatnya saat menjadi mahasiswa tinggal mengembangkan.
"Kalau baru mau belajar tentang robot saat sudah jadi mahasiswa itu menurut saya sudah sangat terlambat. Makanya perlu ada bekal atau dasar yang kuat sehingga ketika menjadi mahasiswa tinggal mengembangkan saja," kata Hendro menceritakan.
Perihal yang disampaikan Hendro itu terbukti dari kiprah anak didiknya di dunia kampus yang sudah besar. Waktu masuk ITS hanya berbekal prestasi yang ada, langsung masuk. Kemudian di semester 2 langsung menjadi tim robotikanya ITS di bidang programing.
Di tahun sebelumnya, 2018, Hendro juga sempat mendaftar SIA. Kala itu ia membawa program berupa Aplikasi YukBelajar. Namun sayangnya, nasib baik belum berpihak pada Hendro. Ia hanya sampai di tingkat provinsi, gagal tembus ke jenjang nasional.
Memulai Tantangan Baru di Penyangga Ibu Kota Baru
Berbagai prestasi yang telah diraih dan pahatan sejarah yang ditorehkan itu masih belum membuat Hendro merasa puas. Justru di saat medan juang yang ia jalani sudah sampai pada puncak kejayaan, saatnya mencari tantangan baru dengan membawa misi yang sama. Itulah prinsip hidup Hendro yang tak pernah lepas dari geliat mencerdaskan anak bangsa.
Mulai mendirikan ekstrakurikuler robotika, AWG Robotic Course, mengantarkan sekolah yang dipimpin menjadi sekolah berstandar internasional hingga meraih penghargaan dan prestasi gemilang di ajang internasional menjadi cerita indah tersendiri bagi Hendro. Ia merasa perlu melanjutkan perjuangan di daerah lain guna menciptakan cerita-cerita baru melalui pendidikan robotika.
Sejak 2020, di masa-masa Pandemi ia menata karir sebagai dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Sebagai pegawai negara ia harus meninggalkan Surabaya dengan segala kisahnya.
"Saya berpikir bahwa saya perlu upgrade. Karena saya juga kesalahan. Sejak menjadi konsultan pendidikan itu saya kewalahan. Akhirnya saya mencoba membina mahasiswa. Sehingga nanti mereka punya konsep dan brand baru di dunia pendidikan," ungkap Hendro.