Soto Madura atau Bebek Sinjay, Mana Paling Disukai Hasto Kristiyanto?

Hasto Kristiyanto di Rumah Makan Bebek Sinjay, Bangkalan.
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Tiga hari berada di Jawa Timur, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kritsiyanto tak lupa berburu kuliner. Dia ingin mencicipi beragam kuliner khas Jawa Timuran langsung dari tempat asalnya. Maka ia pun meluncur ke Kabupaten Bangkalan, Madura. Di sana, ia mencicipi soto bebek Sinjay yang terkenal itu, Jumat siang kemarin.

Anak Anggota DPRD Surabaya Dipolisikan, Diduga Lakukan Penganiayaan

Bangkalan terkenal dengan kuliner bebeknya. Terdapat banyak rumah makan bebek goreng di daerah ujung barat Pulau Madura itu. Tapi yang paling terkenal dan legendaris ialah bebek Sinjay. Hasto memilih berkunjung di rumah makan tersebut.

Rumah makan ini sudah lama dikenal masyarakat. Saat ini, bebek Sinjay berkembang pesat dan memiliki cabang di sejumlah daerah. Di Bangkalan sendiri, rumah makan bebek Sinjay ada dua, yakni di jalan menuju kota dan sekitar akses Suramadu menuju arah Kabupaten Sampang.

Incumbent Maryoto Optimis Dapat Rekom PDI Perjuangan Tulungagung

Hasto memilih berkunjung ke rumah makan bebek Sinjay yang berada di jalan menuju arah kota. Itu adalah rumah makan asal bebek Sinjay. Dia memesan sepotong bebek goreng, lengkap dengan sambal mangga muda alias sambal pencit. 

Secentong nasi hangat menemani sajian bebek legendaris tersebut. Daun kemangi, tumbuhan aromatik yang menguarkan aroma wangi, menjadi sayur pendamping. Tak lupa, Hasto melengkapi sajian makan siangnya dengan mentimun yang memiliki kandungan air sangat tinggi dan dikenal mengandung anti oksidan.

PDIP Lamongan Buka Penjaringan Calon Bupati, Yuhronur Efendi Pendaftar Pertama

“Luar biasa lezatnya. Kalau dalam bahasa Madura, nyaman ongguh. Bumbunya meresap ke daging, jadi di setiap gigitan memiliki cita rasa yang optimal,” ujar Hasto.

Hasto memuji olahan daging bebek khas Madura yang empuk. Saat digigit, daging bebeknya sama sekali tidak alot. “Tambah pas minumnya es kelapa muda yang airnya sangat menyegarkan,” ujar doktor Universitas Pertahanan tersebut.

Sehari sebelum menjajal bebek sinjay, Hasto juga menikmati soto khas Madura Tapak Siring di kawasan Dharmahusada, Surabaya. Di depot legendaris ini, pembeli bisa memilih soto dengan daging, babat, dan usus. 

“Kuahnya gurih. Memang rasanya berbeda dengan soto yang pernah saya coba sebelumnya. Ini enak sekali. “Dagingnya empuk dan lembut. Terasa sekali,” kata Hasto. 

Yang special di soto Tapak Siring, lanjut dia, nasi disajikan dengan bungkus daun pisang, sehingga aromanya pun lebih nikmat. Sajian taburan bawang goreng dan seledri semakin membangkitkan selera ketika menikmati soto legendaris tersebut. Hasto melengkapi sajian sotonya dengan satu buah telur ayam rebus. 

Hasto mengajak semuanya untuk bangga kepada kekayaan kuliner Nusantara. Bumbu-bumbunya khas, sangat unik sesuai karakter daerah. “Bahkan meski berasal dari satu jenis masakan, antar daerah itu beda cara masak dan penyajiannya. Rasanya pun bisa beda di tiap daerah, meski itu satu jenis masakan yang sama,” ujarnya.

Dengan kesadaran kekayaan kuliner itulah, lanjut Hasto, Bung Karno menginstruksikan adanya dokumentasi resep makanan Nusantara dalam buku “Mustika Rasa”. Buku setebal lebih dari 1.000 halaman itu berisi resep makanan Nusantara dari berbagai penjuru Tanah Air, terbit pada 1967.

”Bung Karno sejak dulu sudah memiliki kesadaran sejarah dan kesadaran budaya bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang sangat beragam, di mana sektor kuliner ini kemudian sangat dahsyat menggerakkan ekonomi lokal, menumbuhkan sentra ekonomi lewat warung, depot, rumah makan, restoran, kafe, warung kopi, lapo, dan sebagainya,” ujarnya.