Mengadvokasi Kelompok Minoritas Tidak Hanya Sekali dalam Menyuarakan Ketidakadilan

Ilustrasi sahabat disabilitas.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Kediri, VIVA JatimKelompok minoritas butuh perhatian untuk mengupayakan hak-hak yang harus diterima sama dalam berbangsa dan bernegara. Salah satu alat untuk mengadvokasi adalah dengan melalui pemberitaan menyuarakan suara-suara pemenuhan hak yang sama.

Buku 'Suara-suara Terabaikan' Gaungkan Kelompok Minoritas di Eks Karisidenan Kediri

Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Nani Afrida mengungkapkan dalam dunia jurnalis mempunyai tugas untuk menginformasikan secara langsung akan mengedukasi. Dalam mengawal isu sahabat disabilitas contohnya menyampaikan ke publik melalui proses. Proses itu tidak bisa sekali, harus berkali-kali sebagai pengetahuan. 

"Karena yang namanya kesadaran setelah pengetahuan. Ini ada pengetahuan akan naik tingkat yang namanya kesadaran kesadaran untuk peduli sesama. Supaya masuk ke dalam yang lebih empati juga melalui proses," terang Nani Afrida dalam desimenasi dan bedah buku 'Suara-suara Terabaikan' AJI Kediri, di Hall and Resto Bukit Bintang Kediri, Sabtu, 29 Juni 2024.

'Sepeda Keren' Bakal Diadopsi Pemprov Jatim, Begini Kata TP PKK Trenggalek

Nani begitu hafal. Lantaran, ia memiliki anak berkebutuhan mental mengalami demikian. Saat sedang kambuh akan menjadi pusat perhatian banyak orang di publik.

Perempuan yang pernah di Jakarta Post ini mengajak sahabat disabilitas untuk tidak berputus asa dalam menyuarakan ketidakadilan. Jurnalis hanya bisa mengadvokasi tulisan, jika sekali belum bisa, maka perlu dicoba berulang kali agar sampai kepada pembaca maupun ke pembuat kebijakan.

Koalisi Masyarakat dan Pers di Surabaya Unjuk Rasa Tolak RUU Penyiaran

"Saya berharap jangan putus asa. Kalau ditulis sekali tiba-tiba kayaknya tidak ada pengaruhnya mungkin belum. Kita yang penting ibu-ibu (sahabat disabilitas) berteman baik dengan teman-teman AJI, bisa dikasih tahu dengan senang hati akan melakukan advokasi atau menulis," imbuhnya. 

Nani mengakui memang disabilitas mental lebih banyak yang mengalami kekerasan. Sehingga bagi jurnalis dalam melakukan peliputan harus mengecek terlebih dahulu narasumber dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya
img_title