Belum Ada Guru Hingga Modin Jadi Persoalan Penghayat Kepercayaan di Tulungagung
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Tulungagung, VIVA Jatim –Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Tulungagung resmi dilantik untuk kepengurusan 2023-2028. Persoalan yang hingga kini dihadapi adalah belum ada guru penghayat di sekolah-sekolah hingga modin di daerah-daerah.
Ketua Dewan Pimpinan Himpunan Penghayat Kepercayaan Tulungagung, Rindu Rikat menuturkan Penganut Penghayat zaman lalu selalu diisi orang sepuh-sepuh. Lantaran, penghayat identik dengan orang sepuh sehingga butuh kaderisasi bagi generasi penerus.
"Problem yang kita hadapi belum mempunyai wadah seperti pendidikan jadi anak-anak kita belum bisa untuk belajar sesuai dengan ajaran kita penghayat," ujar Rindu Rikat usai Pelantikan Himpunan Penghayat Tulungagung, Senin, 21 Agustus 2023.
Perempuan yang juga Politisi PDI Perjuangan ini mengungkapkan berbicara paguyuban penghayat yang paling banyak adalah Jowo Dipo. Jowo Dipo yang merajai kebetulan ketua umum saat pelantikan hari ini juga hadir serta masih banyak lagi kecil-kecil yang belum terdaftar.
"Mbah Gito kalau Jawa Dipo merajai atau yang lain-lainnya ya ada tetapi tidak sebanyak Jowo Dipo kapribaden juga banyak perjalanan juga banyak tapi yang kecil-kecil juga ada yang belum terdaftar," jelasnya.
"Harapan kita, penghayat itu maaf jangan dianak tirikan oleh pemerintah. Karena bagaimanapun juga meskipun minoritas tetapi diakui oleh pemerintah pusat," sambungnya.
Pihaknya menerangkan, secara keseluruhan dahulu sekali beberapa tahun sebenarnya ada 150 ribu. Tetapi kebetulan tidak nampak ke permukaan secara terang-terangan.
"KTP penghayat sekitar 10%, masih terlalu kecil dan mereka itu masih takut ya takut dipersulit dan sebagainya. Jadi yang terang-terangan sekitar 5 sampai 10 ribu," paparnya.
Ia tidak menampik banyak penghayat yang masih malu-malu dalam mengurus secara administratif di Dispendukcapil Tulungagung. Jumlah tersebut baik yang eksis termasuk di paguyuban-paguyuban maupun penghayat kepercayaan pribadi.
Rindu menjelaskan pihaknya sudah mengusulkan pada tahun 2015 saat mengusulkan pencantuman di KTP melalui acara Macapat yang ada di GOR Kabupaten Tulungagung.
Dari situ, pemerintah sudah membuka dan juga mengamini, akan tetapi belum semua orang penghayat terbuka dengan KTP pencantuman penghayat.
Selain itu, beberapa paguyuban-paguyuban langsung mencantumkan nama paguyuban tersbeut. Seperti Paguyuban Persada, langsung menuliskan Persada dalam kolom KTP.
"Sebenarnya kurangnya sosialisasi ke bawah. Nanti kita mengawal di KTP penghayat, kita sosialisasikan bahwa penghayat itu sudah punya ini-ini. Nanti kalau ada apa-apa nanti jalurnya kesini akan kita kawal," tandasnya.