Sosok Pendiri NU di Mata Cucu dan Santrinya: Pemersatu Umat Islam Indonesia
- Ibnu Abbas/Viva Jatim
Sementara itu, Kiai A'la, sapaan akrab KH Abd A'la Basyir, menegaskan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Mbah Hasyim bukanlah pemberontakan. Sebab, upayanya melawan penjajahan adalah mempertahankan sesuatu yang memang menjadi hak milik bangsa Indonesia.
"Jadi tidak bisa disebut pemberontakan. Karena Mbah Hasyim berjuang merebut sesuatu yang memang menjadi hak milik bangsa Indonesia yang sebelumnya dirampas oleh penjajah," tegasnya.
Ia pun menukil salah satu dawuh dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama. Bahwa NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh Mbah Hasyim berlandaskan paham Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Memilih Aswaja bukan tanpa sebab, karena nilai dan ajarannya memiliki sanad yang jelas kepada Rasulullah SAW.
"Karena Islam Aswaja adalah Islam yang memiliki sanad keilmuan sampai ke Rasulullah. Secara teologis dan historis, nilai-nilai Aswaja dapat dipertanggungjawabkan," terangnya.
Kiai A'la mengajak kepada segenap warga dan pengurus NU agar senantiasa mengikuti jejak sang pendiri. Sebagai sosok pemersatu Umat Islam Indonesia, Mbah Hasyim telah banyak memberi dedikasi kepada bangsa dan negara.
Lebih jauh, salah satu santri alumni Pesantren Tebuireng, A Warits mengatakan sosok Mbah Hasyim bukan hanya penggerak sekaligus pendiri NU. Lebih dari itu, ide-idenya telah banyak memberikan manfaat untuk persatuan umat Islam, bangsa dan kemanusiaan.
"Jadi itu yang selanjutnya saya pikir muncullah ide lanjutan dari murid2 beliau, seperti Kiai Mahfud Shiddiq mencetuskan ukhuwah islamiah, wathaniyah, basyariah, nahdliyah dan sunniyah. Nah itu sebenarnya berakar dari ide Mbah Hasyim pertama ketika dulu berpidato saat berdirinya NU," ungkapnya saat ditemui usai acara.