Mengenal Prof Maskuri, Kader PMII yang Kembali Pimpin Unisma
- unisma.ac.id
Jatim – Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si. kembali dikukuhkan sebagai Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Periode 2022-2026. Prosesi pelantikan kader sekaligus senior Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Unisma itu berlangsung di gedung Yayasan setempat, Senin, 5 Desember 2022.
Pucuk pimpinan yang berhasil diduduki Prof Maskuri sejak 2014 silam hingga 2026 mendatang di civitas akademika Unisma merupakan kebanggaan tersendiri, khususnya bagi kader-kader PMII. Lantaran Prof Maskuri sebagai Rektor Unisma merupakan representasi para kader PMII.
Hal itu dibuktikan dengan sambutan yang begitu luar biasa dilakukan kader-kader PMII saat menyambut Rektor itu usai pelantikan. Komisariat PMII Unisma mengerahkan para kadernya berkumpul di depan kantor Rektorat sembari meneriakkan “hidup kader PMII”.
Di hadapan kader-kadernya, Prof Maskuri menegaskan kebanggaannya sebagai kader PMII. Bahkan ia tak segan untuk menyebut bahwa Unisma adalah rumah PMII. Sehingga dirinya selalu siap untuk turut terlibat dalam menguatkan eksistensi organisasi ekstra kampus bintang sembilan itu.
“Saya alumni Unisma, saya bangga menjadi kader PMII di Unisma dan saya dilahirkan dari Rahim PMII. Saya siap untuk PMII selalu eksis di kampus kita ini, kampus pergerakan Unisma,” kata Prof Maskuri dalam keterangan yang diterima Viva Jatim, Selasa 6 Desember 2022.
Sebagai upaya merawat dan menguatkan ideologi mahasiswa, Prof Maskuri bertekad untuk mengembangkan dan memajukan pemikiran-pemikiran cemerlang kader PMII agar nantinya bisa memberikan kontribusi gagasan yang besar untuk kemajuan Unisma.
“Saya siap menampung aspirasi kader-kader PMII dan siap untuk memberi ruang kader PMII Unisma berkreasi mengembangkan dirinya dan Unisma,” tegasnya.
Dari Tukang Cari Rumput hingga Rektor Unisma
Dilansir dari laman resmi unisma.ac.id, Capaian Prof Maskuri hingga saat ini tak lepas dari didikan orangtuanya. Yakni, H. Abu syukur dan Hj. Shofiyah. Ia lahir di Tuban, 10 September 1967 dalam kondisi hidup yang sangat sederhana. Sang ayah merupakan petani ulung yang hanya menggarap sekitar empat petak sawah. Sedangkan sang ibu hanyalah sebagai ibu rumah tangga biasa.
”Ayah saya petani sederhana, cuma punya mungkin empat petak sawah, sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga biasa,” kata pria yang pernah menyandang sebagai Guru Besar termuda di Unisma ini.
Namun kesederhanaan itu justru membangkitkan semangat Prof Maskuri untuk membanggakan kedua orangtuanya. Bahkan ia mengaku sejak kecil di waktu masih duduk di bangku sekolah dasar hingga menengah pertama, yakni MI dan MTs., Maskuri muda sudah terbiasa mencari rumput untuk pakan ternak. Dari hasil ternak itulah ia bisa mendapatkan tambahan uang saku sekolah.
Ia tetap memupuk semangat kemandiriannya dalam menimba ilmu hingga dewasa. Terbukti ketika duduk di bangku kuliah di Fakultas Tarbiyah, Unisma tahun 1992. Ia pernah berjualan majalah Anak Saleh secara door to door ke sejumlah kantor LP Ma’arif di sekitar Lamongan-Tuban-Bojonegoro.
Meski ia disibukkan mencari uang dengan berjualan, namun ia tetap menyempatkan waktu untuk sungguh-sungguh dan disiplin dalam belajar. Sehingga tak ayal bila di akhir-akhir masa kuliahnya, Maskuri turut membantu mengajar Kitab Nawawi di salah satu yang berada di Kota Batu. Kegiatan tersebut ia lakukan rutin setiap habis maghrib hingga isya tanpa imbalan sepeserpun.
“Imbalannya hanya setahun sekali dikasih imbalan baju, tapi kalau uang transport dan sebagainya saya sendiri. Padahal, waktu itu ongkosnya dari Dinoyo ke Batu naik bemo itu ya lumayan. Tapi tetap saya lakukan selama beberapa tahun sampai wisuda ,” kenangnya.
Capaian gemilang hingga memimpin Unisma adalah wujud dari keyakinan Prof Maskuri akan doa orangtua, terlebih ibu. Karenya setiap apapun yang hendak ia lakukan pasti terlebih dahulu pamit dan memohon doa terbaik orangtua.
”Doa orang tua luar biasa, langsung tembus ke langit tujuh,” pungkasnya.