Misi Khotijah, Alumnus IPB di PB PMII: Mengawal Isu Pertanian hingga Pangan
- Istimewa
Jember, VIVA Jatim –Dua kata yang menggambarkan sosok perempuan ini adalah inspiratif dan enerjik. Khotijah (26), perempuan asal Jember, Jawa Timur, merupakan lulusan cumlaude Institut Pertanian Bogor (IPB).
Perempuan Jember lulusan cumlaude Institut Pertanian Bogor (IPB) ini masuk jajaran Bidang Pangan Kopri Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Dalam wawancara dengan VIVA Jatim pada Kamis, 26 Desember 2024, Khotijah menjelaskan bahwa perannya sebagai Ketua Bidang Pertanian dan Pangan bertujuan memastikan sektor ini tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi jangka panjang.
"Melalui peran ini, saya berusaha memastikan bahwa sektor pertanian dan pangan dapat berkembang. Bukan hanya memenuhi kebutuhan saat ini, namun berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang merata dan berkelanjutan untuk masa depan," ujar Khotijah.
Ia yang pernah mondok di Pesantren Mahasiswi Al Husna Jember ini menjelaskan mengawal pertanian dan pangan tentu melalui keterlibatan sahabat-sahabat PMII dan KOPRI.
Melalui amanah yang telah diemban, ada beberapa hal yang ingin dilakukan untuk memastikan bahwa peran ini memberikan manfaat. Khotijah mengaku pertama, berusaha untuk menjembatani komunikasi antara kader di daerah dengan pusat.
Alhasil, kebutuhan dan aspirasi dari daerah dapat didengar dan diperhatikan di tingkat pusat. Hal ini penting agar seluruh kader dapat merasa terhubung, memiliki saluran untukmenyampaikan gagasan dan tantangan yang mereka hadapi.
"Kedua, saya berkomitmen untuk terus konsisten dalam mengawal isu-isu terkait pertanian dan pangan. Terutama dalam mendorong kebijakan dan langkah-langkah yang mendukungswasembada pangan serta ketahanan pangan yang lebih baik di seluruh Indonesia," bebernya.
Alumnus Magister Teknologi Agroindustri Pertanian dari IPB 2024 ini mengatakan berusaha supaya sektor pertanian dapat tumbuh dengan baik. Serta dapat menjadi kekuatan yangmendorong kemajuan ekonomi secara inklusif.
Ketiga, Khotijah juga berfokus pada upaya untuk merawat dan menjaga nilai-nilai yang ada dalamPMII, serta terus istiqomah dalam mengimplementasikannya dalam setiap langkah pergerakan.
"Hal ini meliputi tidak hanya teori, tetapi juga tindakan nyata dalam menjalankan tugas sebagaikader pergerakan yang peduli pada masalah sosial dan ekonomi di masyarakat," paparnya.
Cerita singkat awal mula berproses di PMII, Khotijah bergabung dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sejak awal masa perkuliahan pada tahun 2016. Sebelumnya merupakan santri di Pondok Pesantren Minhajut Thullab selama tiga tahun.
Usai memasuki dunia kampus, melanjutkan perjalanan sebagai santri pergerakan dengan bergabung di PMII. Selain itu, juga sempat menjadisantri di Pondok Pesantren Mahasiswi Al Husna selama dua tahun.
Akan tetapi, sebelum mengikuti MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru), sempat berada di jalan yang kurang tepat. Yakni masuk dan mengikuti organisasi terlarang.
"Selama kurang lebih tiga bulan, saya bergabung dengan organisasiHizbut Tahrir Indonesia (HTI) karena pengaruh teman-teman di sekitar saya," ulasnya.
Dirinya mengaku pola pikir dan sikap saat itu mulai berubah, bahkan hingga cara berpakaian yang akhirnya mendapat perhatian dari guru. Berkat arahan dan teguran, Khotijah sadar untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu bergabung dengan PMII, yang hingga kini menjadi wadah berproses dan pengabdian.
Di PMII, Khotijah dibekali dengan nilai-nilai yang sulit ditemukan di organisasi lain. Proses pendidikan dan pembinaan yang diterima membentuk kapasitas dan mental sebagai kader PMII. Dapat sejajar dengan kualitas pendidikan yang diberikan oleh organisasi internal kampus bahkan lebih.
Sementara salah satu pengalaman yang sangat berkesan baginya, yaitu bertemu dengansahabat-sahabat yang memiliki ketangguhan dan komitmen tinggi terhadap kebermanfaatanbagi banyak orang.
Bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Mereka menjadi inspirasi dalam perjuangan bersama. Hal yang tak terlupakan selama dirinya mengikuti setiap jenjang kaderisasi adalah kesempatanuntuk bertemu dengan sosok-sosok baru dan mempelajari perspektif baru dalam berpikir.
"Setiap pertemuan tersebut memperkaya ilmu dan wawasan saya, membuka cakrawalapemikiran yang lebih luas, dan semakin memperdalam pemahaman saya terhadap dunia pergerakan," jelasnya.