Ternyata Halal Bihalal Miliki Akar Historis dengan Walisongo

Ilustrasi Halal Bihalal
Sumber :
  • Istimewa

Fase kedua, yakni pada abad ke-18. Diceritakan dalam Babad Cirebon, Raja Arya Mangkunegara I atau Raden Mas Said pendiri Kadipaten Mangkunegaran Surakarta, Jawa Tengah mentradisikan sungkeman. Di sana para prajurit berkumpul di balai, kemudian sowan pada raja dan permaisuri yang dilakukan setelah Idul Fitri.

Mas Dhito Yakin Ganjar Pemimpin Ideal: Patuh Demokrasi dan Setia pada Rakyat

Kemudian fase ketiga yakni yang dipopulerkan KH Wahab Chasbullah. Hingga kini tradisi ini pun kian berkembang seiring dengan perubahan zaman. Sehingga muncul ragam istilah lain yang berbeda namun dengan maksud dan tujuan yang hampir sama. Seperti reunian atau temu kangen yang dilaksanakan pasca lebaran. 

Dengan demikian, Halal Bihalal tidaklah semata urusan keagamaan saja. Melainkan ada unsur sifat kemanusiaan yang harus dijaga dengan silaturrahim. Persoalan akut, benang kusut, pertentangan dan segala bentuk ketegangan akan mampu diurai dengan duduk bersama, saling memaafkan dan mencari titik temu di setiap perbedaan yang ada.

Gawagus se-Jawa dan Madura Silaturahmi Berikan Dukungan ke Gibran