AJI Kediri dan GNI Bekali Jurnalis Kenali hingga Bikin Konten Luruskan Hoaks

Suasana Pelatihan Prebunking AJI Kediri dan Google News Initiative.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Kediri, VIVA JatimAliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri bersama Google News Initiative (GNI) mengadakan 'Pelatihan Prebunking Google News Initiative' selama dua hari, Sabtu-Minggu, 24-25 Februari 2024. Pelatihan ini ditujukan kepada jurnalis dalam memahami cek fakta hingga praktik membuat konten luruskan hoaks.

Pengakuan Anggota DPRD Lamongan Usai Foto Bugilnya Tersebar, Sebut Facebook Dibajak

Ketua AJI Kediri, Danu Sukendro mengungkapkan bahwa secara umum pelatihan ini dari AJI Indonesia dan Google News Initiative yang diselenggarakan di 5 kota. Sementara untuk wilayah Jawa diselenggarakan di Kediri. Ia mengaku pemahaman mengenai kebenaran sebuah informasi perlu menjadi perhatian, terlebih sebagai jurnalis.

"Ini bagian dari cek fakta, dan kita memahami belakangan informasi-informasi palsu atau disinformasi banyak menyebar. Apalagi pada masa Pilpres dan Pemilu 2024 kali ini. Media sebagai pembuat informasi yang tersistem, ada prosedur redaksi diharapkan bisa menjadi penjernih di tengah tsunami informasi," terang Danu Sukendro kepada VIVA Jatim, Sabtu, 24 Februari 2024 di Hotel Lotus Kediri.

Tindakan Represif Polisi ke Mahasiswa Dikecam AJI Kediri

Danu menerangkan saat ini bisa dikatakan sebagai tsunami informasi, karena berkembangnya media sosial dengan pesat sekali. Dirinya mengutip data WeAreSosial yang menyebutkan pengguna internet sudah menyentuh angka 212 juta dari 276 juta penduduk Indonesia, sehingga hampir 70 persen dari populasi.

Lalu, dari angka itu sekitar 170 sekian warga Indonesia memiliki media sosial, dari situlah menurut Danu mereka bisa menyebarkan informasi dengan hanya melalui jari di gawai masing-masing.

Bawaslu Tuban Petakan Kerawanan Pemilu, Sebut ASN Tidak Netral

"Karena itu sangat rentan sekali adanya konten-konten yang tidak melalui proses verifikasi. Mereka menyebarkan menyebarkan, di sini peran media sangat diharapkan untuk bisa memberikan edukasi masyarakat," bebernya.

Pria yang sudah berkecimpung sebagai jurnalis sejak 1999 ini menambahkan pelatihan ini juga semacam strategi bagaimana melakukan pencegahan sebelum informasi hoaks menyebar.

Perihal antusiasme peserta, dirinya mengaku peserta berasal dari berbagai latar belakang jurnalis media cetak, online, radio. Dengan mendatangkan dua trainer yang memang yang mempunyai kompetensi, diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang akan langsung bisa dipraktikkan.

Trainer langsung dari Google News Initiative, yaitu Arsito Hidayatullah yang juga sebagai Redaktur Eksekutif di Suara.com, Andre Yuris dari Cek Fakta Tempo dan Sekretaris AJI Surabaya, serta Inggried Dwi Wedhaswary dari Kompas.

Danu berharap, output setelah pelatihan ini peserta diminta untuk membuat proposal, kemudian panitia akan memilih 10 proposal terbaik. Setiap penerima fellowship akan mendapatkan dana senilai Rp 4 juta untuk menghasilkan project dua konten.

AJI Kediri juga berharap sekilas fisik berupa konten berupa audio visual. Namun lebih dari itu bisa sebagai pemacu motivasi teman-teman jurnalis untuk biasa lebih banyak memproduksi konten-konten prebunking.

"Sehingga bisa meminimalisir atau memberantas miss atau disinformasi yang masih," tandasnya.

Senada, salah satu peserta asal Trenggalek, Muhammad Zamzuri bahwa kegiatan ini cukup bermanfaat bagi dirinya sebagai seorang kuli tinta. Dalam menjaga gawang informasi perlu kebenaran dan keakuratan serta bisa menganalisa benar atau tidaknya sebuah informasi.

"Pelatihan ini sangat menarik dan penting bagi saya untuk meningkatkan kapasitas sebagai jurnalis," ujar Zamzuri.

Jurnalis Kabar Trenggalek ini berharap pelatihan seperti ini masif dilakukan di lain waktu. Sebagai bekal untuk terus mengasah kemampuan sekaligus menambah wawasan hal baru yang belum diketahui.

Sebagai informasi, peserta tidak hanya dari Kediri, melainkan dari Tulungagung, Trenggalek dan juga Nganjuk. Serta tidak hanya berasal dari organisasi AJI, namun juga ada yang berasal dari Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan ada yang tidak terafiliasi organisasi.