Cerita Mufid Penjual Pentol Asal Trenggalek Calon Jemaah Haji 2024
- VIVA Jatim/Madchan Jazuli
Suatu ketika, Mufid silaturahmi anjang sana ke salah satu saudaranya sepulang dari ibadah haji. Seperti pada umumnya meminta doa supaya mendapatkan keberkahan dan bisa menyusul.
Di situlah, Mufid memiliki keinginan yang kuat untuk memenuhi panggilan-Nya. Namun, kerinduan untuk ke Baitullah mendapatkan gejolak hatinya lantaran kondisi perekonomian yang serba sederhana dan cukup dari penghasilan menjual pentol.
"Di sana didoakan mudah-mudahan yang hadir disini bisa berangkat ibadah haji. Mulai tahun itu saya seperti orang gila, apa malam nangis. Ya Allah saya tidak punya apa-apa, bagaimana bisa naik haji," ujarnya dalam renungan.
Tidak dinyama, akhirnya tahun depannya atau pada 2012 ia bisa mendaftar bersama anak mantu dan anak perempuan. Sehingga satu rumah ada 3 orang yang mendaftar pada Januari 2012 lalu.
Selang dua bulan berikutnya, sang istri Siti Ngaisah pun merasa ingin dan bertekad untuk ikut mendaftar. Hingga lima tahun, mengumpulkan hasil menjual pentol dengan menyisihkan Rp500 ribu per bulan. Sedangkan iuran sang istri bisa lunas terlebih dahulu.
"Awalnya istri tidak bareng mendaftar karena pikir-pikir dahulu. Uangnya belum ada, tapi setelah itu saya memikir lagi, insyaallah bisa," ia bercerita.
"Hampir satu tahun Rp25 juta bisa dilunasi. Sehingga selama itu saat berjualan kalau belum habis (pentol) belum berhenti melayani pembeli," tambahnya.