Kasus Cuci Darah Meningkat, DPRD Jatim Kampanyekan Pola Hidup Sehat

(Kanan) Ketua Komisi D DPRD Jatim, dr Agung Mulyono
Sumber :
  • A Toriq A/Viva Jatim

Surabaya, VIVA Jatim - Ketua Komisi D DPRD Jawa Timur, dr Agung Mulyono mengajak masyarakat Banyuwangi untuk lebih meningkatkan pola hidup sehat mengingat belakangan pasien cuci darah meningkat.

Infrastruktur Transportasi Berdampak Peningkatan Perekonomian Jatim

Ajakan pola hidup sehat ini sebagai bentuk keprihatinannya ketika mendengar laporan dari RSUD Blambangan Banyuwangi terkait banyaknya pasien cuci darah. 

“Kita perlu tindakan preventif terhadap kesehatan. Ayo mulai hidup sehat. Biasakan gaya hidup sehat, olahraga rutin, dan rutin ngecek kesehatan secara menyeluruh,” ujarnya, Senin 26 Agustus 2024. 

Pembebasan Lahan JLS Masih Terkendala, Ini Langkah DPRD Jatim

Dari laporan itu, dr Agung mengatakan bahwa pasien cuci darah sekarang tidak hanya menyerang orang yang sudah berumur, melainkan juga seringkali menyerang orang yang masih berumur muda, dan frekuensinya naik dari waktu ke waktu. 

"Bahkan, usianya cenderung semakin muda,” ungkap politisi Partai Demokrat ini.

DPRD Akan Kawal BUMD untuk Maksimalkan PAD Jatim

Terlebih, lanjut dia hasil laporan itu menunjukkan tercatat sebanyak 175 pasien yang melakukan cuci darah. Bahkan, paling mencengangkan ada 24 pasien di antaranya masih berusia muda. “Bahkan 24 di antaranya adalah pasien usia muda, di bawah 40 tahun,” katanya. 

Pria yang juga gemar bersepeda ini mengatakan melihat peningkatan pasien cuci darah yang menaik, ia meminta pihak kesehatan perlu lebih fokus dalam penanganan kesehatan. 

"Tidak hanya kuratif saja, melainkan sudah saatnya menerapkan slogan mencegah lebih baik daripada mengobati," tuturnya. 

Ia menuturkan naiknya kasus cuci darah harus menjadi warning, karena sangat berbahaya dan perlu strategi upaya dalam kesehatan terutama penerapan paradigma sehat. 

"Tentunya keberhasilan dalam peningkatan UHC (Universal Health Coverage) bisa menekan tingginya pasien cuci darah," ujarnya. 

Menurutnya, sudah saatnya juga diterapkan dokter keluarga dengan jemput bola untuk mengetahui kesehatan keluarga.

"Bukan harus pasien terlebih dahulu datang ke rumah sakit untuk tahu penyakitnya. Namun, dokter harus setiap minggu mengecek langsung ke masyarakat tentang kondisi kesehatannya. Entah melalui kontak telpon atau menemui langsung," terangnya. 

Ia menilai, selama ini dengan sistem BPJS dengan model kapitasi sudah bagus dengan menerapkan pembiayaan per orang sakit atau tidak sakit dibayar melalui puskesmas setempat.

"Tinggal pihak puskesmas memperbaiki sistemnya untuk lebih maksimal sehingga ke depan untuk lebih mengupayakan pencegahan daripada pengobatan. Ini perlu sekali diterapkan di Banyuwangi," tandasnya.