Kekuatan Dua Sosok Kiai di Pilbup Mojokerto 2024, Dua Kandidat Berebut Suara Nahdliyyin

Gus Barra - Rizal
Sumber :
  • Viva Jatim/M Lutfi Hermansyah

Mojokerto, VIVA Jatim – Gelanggang Pemilihan Bupati (Pilbup) Mojokerto 2024 diprediksi akan menjadi ajang pertarungan sengit dalam merebut suara warga Nahdliyin. Mengingat, basis Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah ini tak bisa dipandang sebelah mata.

Tegas! GP Ansor Cirebon Siap Bubarkan Paksa MLB NU

Pilbup kali ini, juga diprediksi akan menjadi ajang adu kekuatan dua sosok kiai di balik dua kandidat pasangan calon (paslon). Yaitu, KH Asep Saipudin Chalim dan KH Chusaini Ilyas. 

Dua kandidat yang akan maju di Pilbup Mojokerto adalah Ikfina Fahmawati dan Muhammad Al Barra atau Gus Barra. Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto 2019-2024 ini pecah kongsi karena hubungan yang tak harmonis. 

ASN Deklarasi Netralitas di Pilkada Trenggalek 2024

Di Pilbub 2024, Ikfina menggandeng putra Kiai Chusaini Ilyas sebagai wakilnya, Gus Sa’dulloh Syarofie. Saat ini, Gus Dulloh menjabat sebagai Wakil Ketua II PCNU Kabupaten Mojokerto. Ia juga sempat menjadi Dewan Instruktur PW GP Ansor Jatim. 

Sedangkan Gus Barra adalah putra KH Asep Saipudin Chalim. Ketua PC GP Ansor Kabupaten Mojokerto itu maju ditemani dr Rizal Octavian. 

Kampanye di Lingkungan Kampus, PMII Jatim Siap Fasilitasi Ciptakan Demokrasi Cerdas

Rizal sendiri merupakan putra Achmady, mantan Bupati Mojokerto periode 2000 - 2008. 

Dari dua kandidat paslon tersebut sama-sama punya keterikatan kultural maupun struktural dengan Nahdlatul Ulama. Tarik menarik masa tak ayal mengharuskan keduanya meramu strategi dan visi-misi terbaik. 

Pengamat politik dari Universitas Islam Majapahit (UNIM) Ahmad Hasan Afandi memandang, sosok dua kiai tersebut memiliki kekuatan besar meraup suara elektoral. 

“Saya lihat magnitonya bukan di colon. Magnitonya Kiai Asep dan Kiai Chusain,” katanya kepada VIVA Jatim, Sabtu, 31 Agustus 2024. 

Menurut dia, baik Kiai Asep maupun Kiai Chusaini memiliki basis massa yang militan. Kunci kemenangan antara kubu Mubarok dan Idola adalah komunikasi untuk merawat kantong-kantong pemilih dari dua kiai tersebut. 

“Dua-duanya berangkat dari hijau (NU), tetapi dibelakangnya ada Kiai Asep dengan Kiai Chusaini. Dua-duanya punya pengikut militan. Tinggal diskusikan, siapa yang bisa merawat, ya itu yang menang,” ujarnya. 

Hasan menyebut, pengaruh kedua kiai sangat besar secara kultural. Gus Dulloh menyambutnya dengan menjalin komunikasi aktif bersama seluruh lapisan masyarakat. Tentunya dengan cara yang lebih mengena. 

Namun, sejauh ini wakil dari penantang tak mengimbanginya. “Kalau Mas Rizal masih pasif seperti itu, maka kantong- Kantong elektoral hilang, “ tandasnya. 

Dosen Fisipol UNIM ini menyarakan kepada Gus Barra untuk menekan Rizal membangun komunikasi aktif dengan masyarakat bawah. Modal Rizal berlatarbelakang dokter dinilai cukup untuk dimanfaatkan. 

“Kalau dia (Rizal) hanya bermodalkan putra dari Pak Achmady, ini kecelakaan politik nantinya, komunikasinya putus. Kantong-kantong yang dibawah itu membutuhkan sosok pemimpin yang berkomunikasi secara aktif dengan masyarakat,” ungkapnya. 

Apalagi, lanjut Hasan, sosok Achmady tak memiliki pengaruh signifikan terhadap elektabilitasnya. Sebab, suara eloktoral saat ini didominasi oleh generasi Z. Sedangkan Achmady hanya berpengaruh pada komunitas tua. 

Soal kekuatan finansial, Hasan melihat pasangan Idola maupun Mubarok sama-sama memiliki modal besar. Catatannya, kedua pasangan tersebut juga sama-sama diterpa isu korupsi. 

Ikfina merupakan istri dari Mantan Bupati Mojokerto Mustafa Kamal Pasa (MKP). Saat ini MKP mendekam dibalik jeruji besi karena terjerat kasus tindak pidana korupsi suap perizinan menara telekomunikasi. ia terbukti melakukan jual beli jabatan di pemkab Mojokerto yang dilakukan sejak 2010 hingga 2018.

Sedangkan Achmady, korupsi dana kas daerah sebesar Rp 30,9 miliar selama menjabat bupati dari 2002 sampai 2008. Namun, kata Hasan , isu tersebut tak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas kedua paslon. 

“Berdampak si iya, tapi belum signifikan,“ tandasnya. 

Sejauh ini, Hasan berpandangan kans kemanangan masih dipegang pasangan Idola. Karena selama Ikfina memimpin Pemkab Mojokerto banyak program yang melekat di hati masyarakat. Terutama pembangunan infrastruktur jalan hingga ke pelosok desa. 

“Untuk hari ini saya masih melihat Ikfina dan Gus Dulloh (kans kemenangan). Tetapi tidak tahu kalau perkembangan selanjutnya. Komunikasi dari tim gus Barra - Rizal saya sarankan harus punya tim sendiri. Jangan hanya mengandalkan dari partai. Itu catatan,” tandas. 

Pasangan Mubarok dan Idola telah mendaftar diri ke KPU Kabupaten Mojokerto sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati. 

Ikfina diusung 4 partai dengan perolehan suara 25 kursi di DPRD Kabupaten Mojokerto. Yaitu PKB, Golkar, PKS dan PDIP. Sedangkan Mubarok didukung NasDem, Gerindra, PAN, Demokrat, Perindro, dan PPP.