Akibat Kemarau Panjang, Debit Air di Telaga Sarangan Turun Drastis

Telaga Sarangan Magetan tampak mengering.
Sumber :
  • Istimewa

Magetan, VIVA JatimMusim kemarau panjang yang melanda Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan Jawa Timur, memicu menurunnya debit air di Telaga Sarangan.

7 Rekomendasi Wisata di Malang-Batu, Cocok untuk Liburan Bareng Keluarga

Pemandangan Telaga Sarangan yang biasanya memukau kini berubah drastis hingga dasar telaga mulai terlihat. 

Kondisi ini membuat Telaga Sarangan lebih mirip tepi pantai daripada telaga yang biasanya dipenuhi air.

Bus Trans Jatim Koridor IV Beroperasi, Pj Gubernur Jatim Optimis Wisata Pantura bakal Tumbuh

Bibir telaga yang dulunya dipenuhi air kini gersang, memperlihatkan tanah dan bebatuan besar yang sebelumnya tersembunyi. Hal ini mengurangi keindahan panorama Telaga Sarangan, yang selama ini menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Magetan. 

Wisatawan yang ingin menikmati perahu keliling telaga sekarang harus berjalan lebih jauh untuk mencapai air karena penyusutan yang cukup signifikan.

Polisi Buat Sumur Bor di Desa Banyulegi Mojokerto yang Langganan Kekeringan Saat Kemarau

Dikky, salah satu pengunjung, mengungkapkan kekecewaannya saat berkunjung ke Telaga Sarangan. 

"Biasanya kita langsung naik perahu dari tepi telaga, sekarang harus jalan turun jauh dulu. Telaganya jadi kurang indah karena banyak tanah yang terlihat," ungkapnya dikutip dari IDN Times Jatim pada Sabtu, 14 September 2024.

Meski kondisi ini mengganggu kenyamanan wisatawan, beberapa anak-anak justru terlihat memanfaatkannya untuk bermain di area yang biasanya terendam air.

Di tengah kondisi tersebut, Telaga Sarangan masih menjadi sumber air penting bagi lahan pertanian di sekitarnya. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Kabupaten Magetan, Yuli Iswahyudi, menjelaskan bahwa pintu air telaga masih dibuka untuk kebutuhan irigasi. 

"Saat ini, elevasi air di telaga mencapai 10,30 meter kubik, sementara ambang batas minimal adalah 7 meter kubik. Masih ada sisa 3,30 meter kubik yang bisa dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian warga dan pabrik gula Redjosari," jelas Yuli.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa kondisi ini perlu terus dipantau. Jika air terus berkurang, dikhawatirkan dampaknya akan meluas ke berbagai sektor.

Yuli menyatakan bahwa jika kemarau terus berlanjut, debit air yang semakin rendah bisa membahayakan sektor pariwisata dan pertanian di sekitar Telaga Sarangan. 

"Telaga tidak lagi terlihat indah, dan pengelola perahu harus lebih hati-hati agar perahu tidak kandas. Semoga hujan segera turun, meski beberapa daerah tetangga sudah mulai mengalami hujan lebat," ujarnya.

Wisatawan dan masyarakat sekitar Telaga Sarangan berharap agar hujan segera datang, sehingga telaga bisa kembali ke kondisi normal dan keindahannya dapat dinikmati seperti sedia kala. 

Bagi banyak orang, Telaga Sarangan bukan hanya soal keindahan alam, tapi juga penopang hidup bagi para petani dan pelaku pariwisata di kawasan tersebut.