Banteng Ketaton Jatim Bilang Eri-Armuji Tak Percaya Diri: Kota Kosong Bisa Menang

Deklarator Banteng Ketaton Jatim Romo Saridin (tengah).
Sumber :
  • Istimewa

Surabaya, VIVA Jatim – Deklarator Banteng ketaton Jawa Timur Saridin Widodo mengatakan bahwa sepertinya paslon calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi-Armuji tidak percaya diri dalam menghadapi Pilkada Surabaya 2024. Itu bisa dilihat dari aksi paslon petahana tersebut memborong belasan partai politik sehingga menutup kesempatan figur lain untuk berkompetisi.

Hasto Klaim Elektabilitas Risma-Gus Hans Merangkak Naik 2 Bulan Terakhir

Saridin menyampaikan, PDIP sebagai partai tempat Eri-Armuji bernaung adalah partai besar dan Surabaya merupakan daerah basis yang kuat. Sejak 2020, Banteng Ketaton menjadi kekuatan loyalis PDIP dengan pergerakan 'gorong-gorong', untuk mengusung calon dari partai sendiri.

Dengan kekuatan itu semestinya Eri-Armuji percaya diri untuk berkontestasi di Pilwali Surabaya. “Sehingga fenomena dukungan belasan parpol ini bisa menjadi bumerang nantinya,” katanya, Minggu, 3 November 2024.

PDIP Soroti Banyaknya Menteri dan Wamen di Kabinet Merah Putih

Saridin mengatakan, saat ini masyarakat Surabaya sudah cerdas secara politik dalam melihat sosok pemimpin. Karena itu, kontestasi pilkada dengan calon tunggal melawan kosong tidak lagi menjadi tren dalam memenangkan strategi politik. Sebab itu, spekulasi kemenangan kotak kosong dinilai Romo Saridin bisa terjadi. 

Jika pun Eri-Armuji menang melawan kotak kosong, menurut Saridin kemenangan itu bukan hasil dari perjuangan partai yang membesarkan nama keduanya. Hal itu menjadikan Eri-Armuji dalam berkontestasi tidak membawa marwah partai. “Malah terkesan memetingkan shyahwat kekuasaan belaka," tegas dia.

Respons Adian PDIP soal Kabinet Merah Putih: Terlalu Banyak Meja

Selama ini, lanjut Saridin, kader-kader terbaik partai berlambang kepala banteng moncong putih Surabaya telah membawa Kota Pahlawan dengan identitas kepemimpinan yang mengakar. Contohnya di era Bambang Dwi Hartono dengan kebijakan pendidikan gratis, mulai SD sampai SMA. 

Itu diteruskan oleh Tri Rismaharini dengan gaya keibuan yang sukses dalam menata kota sehingga mendapat pengakuan Internasional. Meski hanya sebentar, papar Saridin, era Whisnu Sakti Buana juga menjadikan Surabaya beridentitas dengan budaya dan pelestarian sejarah.

Halaman Selanjutnya
img_title