Belum Ada Solusi, Sampah Tetap Menumpuk di Pinggir Jalan Provinsi Tulungagung-Trenggalek

Sampah menumpuk dekat perbatasan Trenggalek-Tulungagung
Sumber :
  • Madchan Jazuli/ Jatim Viva

Jatim –Sempat ramai jadi perbincangan perilaku membuang sampah sembarangan terjadi di Jalan Provinsi Tulungagung-Trenggalek. Pasalnya, sampah terbilang banyak menumpuk di bahu jalan mengganggu pemandangan pengguna jalan yang lewat sejak 2021 silam hingga sekarang.

Alasan Pendukung Prabowo-Gibran Hatinya Terketuk Bersihkan Sampah di GBK

Pantauan Viva Jatim, tumpukan sampah berjajar sekitar 10 meter memajang. Beberapa keresek berisi sampah langsung menyambut pengguna jalan jika berasal dari sebelah selatan.

Salah satu pemilik warung di sekitar lokasi pembuangan sampah sembarangan yang enggan disebut namanya menuturkan asal muasal sampah berasal dari selatan. Sebab sekitar 400an meter sudah masuk Kabupaten Trenggalek. Ia mengaku sudah berulang kali pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Bendungan Kecamatan Gondang membersihkan melalui petugas kebersihan.

Kemasan Sekali Pakai Jadi Problem Utama Pengurangan Sampah Plastik

"Sampah dari selatan, tidak tahu asalnya dari mana. Setelah dibersihkan atas perintah Kepala Desa, tak lama berselang datang orang buang sampah," ungkap ibu-ibu penjual kopi dan makanan ini, Senin 14 Maret 2023.

Dirinya juga sempat mengetahui, datangnya  sampah tidak hanya keresek besar, bahkan satu karung sampah memenuhi bahu jalan. Dari kata-kata yang terucap, ia merasa jengkel atas perilaku oknum warga membuang sampah sembarangan.  

Puluhan Siswa SD Al Hikmah Surabaya Ikuti Edukasi Lingkungan

"Datangnya sampah itu berkarung-karung mas, terkadang menggunakan mobil," tandasnya sambil melayani membuat kopi.

Terpisah, Kepala Desa Bendungan, Suryanto S Kep Ners membenarkan adanya sampah yang masuk di daerah administratifnya.

Ia belum bisa memastikan orang mana yang membuang sampah di dekat perbatasan. Namun, dilihat dari wilayah ia menegaskan tidak mungkin warga desa dari Desa Bendungan membuang kesana karena cukup jauh.

Ditanya soal jenis sampah yang dibuang, Pemdes Bendungan mengaku kebanyakan merupakan sampah keluarga dan sampah pasar. Sebab terlihat bekas keong sawah satu kresek hingga satu karung. Kemudian ada juga kaca pernah dibuang disana, serta bekas kawat. 

"Sampahnya bermacam-macam, ada pampers, sampah rumah tangga. Kalau dilihat tempatnya, memang warga Bendungan tidak mungkin membuang disana terlalu jauh," beber Suryanto saat dikonfirmasi.

Disinggung solusi, Suryanto mengaku pertama bagaimana kesadaran masyarakat supaya tidak membuang disana. Sebab jika  dibuatkan pembuangan sampah berupa bak sampah, akan khawatir bukan menjadi solusi efektif, karena yang membuang warga luar desa.

Solusi kedua, pihaknya menawarkan ada satu proses pemilahan sampah organik dari masyarakat. Pasalnya wilayah desa memiliki banyak lahan persawahan, sangat bermanfaat untuk menghasilkan sebuah produk pupuk organik.

Suryanto menambahkan, pengolahan pupuk organik dengan non organik disendirikan. Hal tersebut cukup realistis mengingat disebelah barat lokasi pembuangan sampah sembarangan milik Pemdes Bendungan.

"Kalau lahannya kita punya, barangkali kalau kita kerjasama bisa lebih baik. Cuma fasilitas untuk proses gilingannya belum punya," paparnya.

Diketahui, Pemdes Bendungan memiliki yang lahan 2,9 ha. Sedangkan kebutuhan untuk membuat bangunan tempat pengolahan sampah organik bisa memakan lahan 250 sampai 300 ru.

Pria yang pernah menjadi perawat di RSUD dr Iskak Tulungagung ini mengisahkan sejak dahulu berbagai upaya telah dilakukan. Membuat banner larangan, namun dicopot. Lalu membuat taman dengan ditanami bunga dan bambu hias dicabuti okeh oknum warga. 

Sempat menurutnya, sampah perpindah di bawah gapura perbatasan Tulungagung-Trenggalek. Pernah juga agak ke utara dekat persawahan, akan tetapi tak lama kembali lagi ke lokasi semula. Banyak juga usulan untuk pelaku diberi sanksi, namun masih perlu dikaji lebih lanjut.

Pemdes Bendungan berharap persoalan sampah bisa terselesaikan secara konkret. Sebab harus ada komunikasi dan koordinasi dengan pihak pemerintah Trenggalek, maupun Pemdes Notorejo yang berbatasan  langsung di lokasi. 

"Kita ingin menyelesaikan masalah supaya konkret bisa selesai itu bagaimana. Kita memang ingin memberikan satu bangunan di sekitar (lokasi pembuangan sampah) yang bermanfaat," tutupnya.