Pesan Kiai Marzuki ke PSHT di Trenggalek: Asah Kemampuan Wawasan Bhineka Tunggal Ika
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Trenggalek, VIVA Jatim – Tasyakuran warga baru PSHT Ranting Munjungan Cabang Trenggalek dibalut dengan mengundang Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar. Kiai Marzuki memberikan beberapa pesan, mulai dari terus mengasah kemampuan hingga para pendekar harus memiliki wawasan 'Bhineka Tunggal Ika'.
"Meningkatkan kemampuan jurus plus mempunyai wawasan kebangsaan Bhineka Tunggal Ika berbeda tetap bersatu itu penting," ungkap Kiai Marzuki, Minggu, 3 September 2023.
Menurut Kiai Marzuki, mengapa kok par pendekar harus terus mengasah kemampuan jurus silat penting sekali. Lantaran, ketika suatu saat ada rekrutmen dari kepolisian maupun dari TNI, pendekar bisa mengikuti seleksi.
Sebab TNI/Polri ketika memiliki anggota baru yang kebetulan kemampuan silat bagus itu senang. Menurut Kiai Marzuki, ada kalanya perang harus terjun di wilayah yang di situ tidak boleh membunyikan senjata karena. Sebab ketika membunyikan senjata malah ketahuan, seperti menggunakan taktik gerilya.
"Makanya dimaksimalkan adalah kemampuan silat jurusnya jos. Punya kesadaran bela negara jurusnya baik punya kesadaran menggunakan jurus yang baik untuk memukul musuh bela negara," bebernya.
Kiai Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Kota Malang ini menambahkan, kenapa kok beliau meminta terus berlatih. Siapa tahu ketika nanti IPSI memiliki hajat kejuaraan pencak silat, pendekar asal Munjungan Trenggalek bisa menorehkan hasil.
Termasuk juga ada perwakilan dari Pagar Nusa, perwakilan dari Tapak Suci yang juara. Ketika juara level Jawa Timur lalu lomba silat tingkat nasional, berhubung terus berlatih mengasah mengadu tukar pengalaman dengan perguruan lain. Akhirnya kontingen bisa meraih bisa juara nasional.
"Jangan hanya puas bertikai satu sama lain. Bisa juara nasional memang benar-benar juara karena skillnya, karena jurusnya dan kemampuannya," bebernya.
Beliau mengusulkan upaya meningkatkan kualitas jurus skill, tidak ada salahnya mencoba menjalin kerjasama peningkatan mutu dengan perguruan yang lain. Siapa tahu ada pendekar dari Tapak Suci, Pagar Nusa dan lainnya yang punya kemampuan jurus yang PSHT belum punya.
"Tidak apa-apa kan, akhirnya memiliki kemampuan. Siapa tahu ada teman yang mungkin alumni Lirboyo dulu muridnya Gus Maksum langsung, bisa dikerjasamakan seperti halnya sebaliknya," bebernya.
Beliau mengungkapkan perbedaan merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan. Semisal contoh, ada anak pendekar kuliah di Malang, bertemu dan akhirnya menikah.
Fenomena perbedaan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika bisa saja terjadi ketika keluarga PSHT menjadi besan dari Pagar Nusa.
Oleh sebab itu, Kiai Marzuki berpesan agar sudah tidak zamannya lagi untuk bertikai gegara perbedaan aliran perguruan. Saat ini sudah waktunya saling bekerjasama dalam bingkai persaudaraan atas nama kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.
"Maka selain mengurus intern warganya sendiri, juga tetap menjalin kerjasama itu tetap lebih menguntungkan dan lebih bijaksana," ujarnya.