Lembaga Pangan Diminta segera Kendalikan Harga, Bambang Haryo: Tak Ada Istilah Kiamat Beras

Bambang Haryo Soekartono atau BHS.
Sumber :
  • Istimewa

Demikian juga negara Thailand. Kata anggota Bidang Pengembangan Usaha dan Inovasi DPN HKTI itu, sebagai pengekspor beras terbesar kedua dunia, Thailand tetap melakukan kebijakan ekspor beras dan bahkan malah meningkatkan dari 7,71 juta ton tahun lalu menjadi 8,5 juta ton Agustus 2023.

KM Dharma Kencana V Beroperasi, Kapal Cepat Berkapasitas 1.400 Penumpang-300 Mobil

Sedangkan lahan pertanian yang dikhususkan untuk padi di Thailand hanya sebesar 50 persen dari total 9,2 juta hektare lahan produktif, di mana lahan tersebut jauh lebih kecil dari luasan lahan pertanian yang ada di Indonesia.

"Tetapi kenapa Thailand bisa mewujudkan swasembada pangan dan bahkan masih bisa mengekspor beras, padahal di negara tersebut termasuk Vietnam juga sangat dipengaruhi oleh musim kemarau dan hujan seperti yang ada di Indonesia,” kata BHS. 

Evaluasi Mudik Lebaran 2024, DLU Inspeksi Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Bahkan, lanjut dia, negara Laos pun meningkatkan ekspor berasnya ke negara Eropa, di antaranya ke Belgia, Perancis dan Italia. “Berarti negara-negara penghasil beras malah cenderung meningkatkan produksinya dan bahkan beberapa negara penghasil beras meningkatkan ekspornya. Dan ini tentu bisa dimanfaatka Indonesia apabila produksi berasnya berkurang,” papar BHS.

Dengan begitu, menurut dia harus pemerintah segera melakukan kajian sekaligus analisa tata kelola pangan di Indonesia agar hasil pertanian, khususnya beras, bisa diproduksi maksimal di Indonesia sehingga dapat diperoleh masyarakat dengan mudah, harga murah dan kualitas yang baik sebagai makanan pokok bangsa Indonesia.

Gerindra Berharap Usai Putusan MK Kondisi Ekonomi Bangsa Membaik

“Sekaligus beras dapat menunjang pertumbuhan rantai ekonomi di berbagai usaha makanan, termasuk UMKM di Indonesia,” pungkas BHS.