Panjat Pinang, Lomba Warisan Belanda yang Mentradisi setiap HUT Kemerdekaan RI
- Instagram Rohman Solihin.
Surabaya, VIVA Jatim – Setiap memasuki Bulan Agustus, masyarakat di seluruh pelosok tanah air seringkali menggelar perlombaan untuk memeringati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT Kemerdekaan RI).
Kegiatan tahunan ini melombakan berbagai macam permainan tradisional hingga olahraga seperti panjat pinang, balap karung, tarik tambang maupun sepak bola yang dikenal dengan Lomba Agustusan.
Tapi tahukah Anda, Lomba Agustusan merupakan tradisi Kolonial Belanda yang diadopsi masyarakat Indonesia.
Pegiat sejarah Kota Surabaya, Nur Setiawan mengatakan, perlombaan ini awalnya diadakan Pemerintah Kolonial Belanda untuk merayakan acara penting seperti hari ulang tahun raja atau ratu mereka.
"Lomba sudah ada sejak Era Kolonial Belanda. Perlombaan-perlombaan dasarnya diaadakan ketika hari kelahiran sang ratu, Ratu Kerajaan Belanda. Biasanya diperingati dengan mengadakan suatu lomba," ujar Nur Setiawan kepada ViVA Jatim, Minggu, 11 Agustus 2024.
Di masa perjuangan, lomba-lomba itu dikatakannya kemudian diadopsi masyarakat pribumi untuk membakar semangat juang dalam merebut atau mempertahankan kemerdekaan.
Esensi Lomba Agustusan kala itu bukan sekedar mencari pemenang atau juara seperti halnya kompetisi olahraga pada umumnya. Melainkan untuk menyemarakkan dan memeriahkan suasana kemerdekaan.
"Seperti pada buku yang sempat saya baca, pada saat perang gerilya di Jawa Timur itu para pejuang mengadakan perlombaan. Dalam keadaan belum merdeka total," lanjutnya.
Mengenai jenis lomba, Nur Setiawan menyebut, panjat pinang adalah salah satu jenis perlombaan asli kreasi Bangsa Belanda. Pemerintah kolonial kala itu sengaja menggantungkan bermacan hadiah di atas puncak pinang dan memberi kesempatan kepada kaumnya di Indonesia untuk mengambil dengan cara memanjat batang pohon pinang yang telah diolesi lemak hewan.
Orang Belanda menyebut permainan ini dengan sebutan De Klimmast. Karena lomba ini dianggap menarik, masyarakat Indonesia lalu mengadopsi hingga sekarang.
Serta menambahkan berbagai jenis permainan tradisional maupun olahraga. Lomba Agustusan lalu menjadi tradisi, digelar setiap menjelang atau paska peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
Bukan hanya lomba, menurutnya, kegiatan pawai, arak-arakan hingga pasar malam yang selalu mewarnai peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia setiap Bulan Agustus juga warisan penjajah.
"Pawai ini juga peninggalan dari sana [Belanda]," singkatnya.
Kini, Lomba Agustusan menjadi simbol perayaan yang mempersatukan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, tanpa memandang usia, suku, atau agama.
Lomba ini menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk mengenang perjuangan para pahlawan sekaligus merayakan keberagaman dan persatuan yang menjadi kekuatan utama dalam mempertahankan kemerdekaan.
Jenis perlombaan juga semakin beragam sesuai kemajuan zaman dan teknologi. Dengan latar belakang sejarah yang panjang, lomba Agustusan menjadi bukti bahwa meski berakar dari masa penjajahan, budaya dan tradisi bisa diadaptasi dan diubah menjadi sesuatu yang penuh makna bagi sebuah bangsa.
Sehingga, lomba Agustusan tidak hanya menjadi bagian dari perayaan HUT Kemerdekaan RI, tetapi juga sebagai cerminan dari semangat dan identitas bangsa Indonesia.
"Jadi apa pun jenis lomba, tujuan lomba ini untuk memeriahkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dimana kemerdekaan ini ada darah, ada nyawa, ada keringat yang dikorbankan. Dengan berbagai kreasi lomba juga semakin bagus, karena yang terpenting marwah di balik lomba," pungkasnya.