Tiga Kerangka Manusia Kembali Ditemukan di Situs Kumitir Mojokerto

Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI temukan kerangka manusia
Sumber :
  • Viva Jatim/M Lutfi Hermansyah

Mojokerto, VIVA Jatim – Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jatim kembali menemukan tiga kerangka manusia saat ekskavasi situs Kumitir 2024 di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto.

Situs Kumitir Mojokerto Kembali Dieskavasi, Ini Targetnya

Lokasi penemuannya di kompleks bangunan utama situs Kumitir, tepatnya di sebelah barat tempat pemakaman umum (TPU) desa setempat. Kerangka serupa juga pernah ditemukan di sektor C pada Ekskavasi tahun 2021 silam.

“Karena dulu pernah ditemukan (kerangka manusia), sehingga kami mencoba untuk meneruskan, ‘apakah ada yang lain?’ Nah, ada tiga terangka yang sekarang sedang proses (menampakkan),” kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Kumitir M Ichwan kepada VIVA Jatim, Jumat, 4 September 2024.

Ekskavasi Ungkap Bilik dan Gapura Akses Menuju Candi Bhre Kahuripan Mojokerto

Tiga temuan kerangka tersebut relatif masih utuh secara struktur dari kepala hingga kaki. Namun sebagian kondisinya pecah-pecah. 

Belum diketahui jenis kelamin dan usia dari 3 kerangka manusia itu. BPK Wilayah XI Jatim bekerjasama dengan Ahli Antropologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya lagi untuk mengidentifikasinya.

Khofifah Beberkan Hambatan Melestarikan Naskah Kuno Karya Ulama Lampau

Begitu pun hasil analisa dari temuan kerangka manusia tahun 2021 juga belum diketahui. “Ini masih dalam proses penggalian data usia dan lain sebagainya. Itu tim ahli yang tahu” tandas Ichwan.

Pakar Antropologi dari Fisip Unair Surabaya Prof. Dr. Phil. Toetik Koesbardiati dan asistennya, Delta Bayu Murti telah melakukan penelitian terkait temuan kerangka manusia tersebut.

Delta menyebut, sejauh ini ada 3 kerangka manusia sudah terlihat struktur tubuhnya. Satu lagi hanya ditemukan bagian kepala. Hasil pengamatan sementara, ketiga kerangka ditemukan dalam posisi tengkurap.

Oleh karena itu, diperlukan analisis arkeotanatologi untuk mengetahui alasan posisi rangka tengkurap. Begitu pula dengan penentuan usia kerangka untuk mengetahui apakah ada berhubungan dengan era Majapahit ataukah kerangka manusia modern yang dikubur disana.

Hal tersebut perlu dilakukan lantaran tepat di sebelah timur lokasi penemuan kerangka adalah tempat permakaman umum Dusun Bendo.

“Kerangka ini ada kaitannya dengan situs belum bisa dipastikan. Karena yang bisa memastikan itu uji penanggalan. Andaikan dating (penanggalan) kerangka sikron dengan artefak atau situs ini, ya bisa jadi. Tapi kan situs ini belum dipastikan dari periode apa. Sementara dari penjelasannya Pak Ichwan berkoneksi dengan Bhre Wengker,” ungkapnya.

Uji karbon sangat diperlukan untuk mengetahui usia temuan kerengka. Akan tetapi, lanjut Delta, uji karbon sering kali tak berjalan lancar meski kerangka terlihat masih bagus. Kendalanya yaitu tak ditemukan kolagen di dalam sample kerangka tersebut.

Delta mencontohkan proses uji karbon temuan kerangka manusia di Sumur Jobong, Jalan Pendean, Kelurahan Peneleh, Surabaya. Ia mengirimkan sample ke laboratorium Australian National University (ANU). 

Di sana, peneliti melihat kandungan kolagen lebih dulu sebelum melakukan uji karbon. “Ada batas minimal kandungan kolagennya, kalau mencapai itu bisa dilanjutkan,” ujarnya. 

Hasilnya, fragmen tulang yang ditemukan di Sumur Jobong diperkirakan hidup pada tahun 1400-an Masehi. Delta menyampaikan, model uji korban seperti ini nantinya bisa diterapkan untuk temuan kerangka manusia di Situs Kumitir. 

Selain ANU, uji karbon bisa juga bekerjasama dengan peneliti di Tokyo Nasional University, Jepang dan Jerman. “Karena kebetulan Sumur Upas di Desa Setenorejo untuk dating di Jerman,” ujarnya. 

Ekskavasi situs Kumitir tahun 2024 ini digelar 20 September hingga 9 Oktober 2024. Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional juga diterjunkan ke lokasi. Tujuannya untuk meneliti lapisan tanah dan temuan struktur Situs Kumitir. 

Tim ekskavasi kali ini menggali di 4 titik area situs. Pertama, di bagian utara Situs Kumitir untuk menemukan talud yang mengarah ke timur. 

Titik kedua dan ketiga berada di bagian talud sisi barat. Penggalian ini untuk menampakkan kelanjutan talud ke arat selatan.Kemudian titik keempat berada di depan area makam Mbah Musthofa. 

Situs Kumitir ditemukan pada 20 Juni 2019, kemudian mulai diekskavasi (digali) pada Oktober 2019. Ekskavasi berhasil menyingkap adanya struktur talud.

Lalu pada Agustus-September 2020, Situs Kumitir kembali diekskavasi, berangkat dari hipotesis keberadaan tempat pendharmaan untuk Mahesa Cempaka. 

Dari hasil ekskavasi tahap kedua, muncul interpretasi bahwa Situs Kumitir merupakan bekas bangunan istana Bhre Wengker. Interpretasi itu berdasarkan hasil ekskavasi tahap kedua yang dipadukan dengan keterangan naskah kuno, peta dan legenda zaman Belanda.

Istana Bhre Wengker yang ditemukan di Kumitir berfungsi sebagai tempat persinggahan saat hendak menghadap raja maupun saat bertugas di Kotaraja. 

Penguasa kerajaan Wengker bergelar Wijayarajasa tersebut adalah suami dari Rani Daha. Dia merupakan menantu pendiri Majapahit, Raden Wijaya, sekaligus paman dari Hayam Wuruk. Sebagai raja bawahan sekaligus kerabat bangsawan Majapahit, Bhre Wengker diyakini memiliki tempat persinggahan di lingkungan Kotaraja.

Ekskavasi tahap ketiga pada Maret 2021, kian memperkuat interpretasi sebelumnya, dimana Situs Kumitir sebagai jejak istana Bhre Wengker. 

Interpretasi Situs Kumitir sebagai jejak istana Bhre Wengker bukan hanya menambah deretan peninggalan Majapahit yang berhasil ditemukan. Selain koleksi arkeologis, penemuan istana bangsawan Majapahit di Kumitir juga membangkitkan gairah penelitian tentang sistem tata kota Kerajaan Majapahit.

Sketsa rekonstruksi Kotaraja Majapahit sebelumnya pernah disusun oleh Mclaine Pont dalam tiga buah peta rekonstruksi, pada 1924. Sesudah tahun-tahun itu, muncul peta rekonstruksi dari Stutterheim, Sketsa Pigeaud dan beberapa ahli ataupun sejarawan. 

Sketsa atau peta rekonstruksi Kotaraja Majapahit yang sudah muncul sejak 1924 hingga kini belum mencapai final. Pertentangan para ahli untuk menentukan posisi Kotaraja Majapahit, utamanya keberadaan Kedaton, masih kerap terjadi. 

Hasil analisis data empiris Situs Kumitir yang dipadukan dengan naskah Negarakertagama, bisa membantu merumuskan ulang interpretasi terkait Kotaraja Majapahit. Nama Kumitir tersebut ada dalam naskah kuno Negarakertagama. 

Lalu kitab Pararaton juga menyebutkan Kumeper sebagai nama daerah di Majapahit. Dalam Negarakertagama Pupuh 12 dijelaskan ada istana menjulang ajaib di sisi timur Kotaraja Majapahit, berjejer dengan beberapa Puri atau istana bangsawan lainnya.

Istana yang dimaksud adalah bangunan yang ditemukan di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. 

Situs Kumitir layak disebut sebagai komplek istana karena dikelilingi dinding kokoh yang memiliki pintu gerbang, serta berada di lahan seluas 6 hektare. 

Dari perpaduan data empiris hasil ekskavasi dengan keterangan Negarakertagama, Situs Kumitir kemudian diinterpretasikan sebagai jejak istana Bhre Wengker.