Gurita Judi Online: Cuan Merusak Kehidupan
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Zamrud pun merasa sangat tertarik ingin menyelami lebih dalam judi online. Ia yang sehari-hari selain menjadi marbot masjid juga ojek online ini meski hasil yang telah diperoleh fantastis, namun timbul perasaan was-was.
"Yang saya rasakan was-was takut kalah. Yang lain takut ketahuan teman atau keluarga. Jadi bukanya kita mengajak teman tetapi malah takut kalau teman saya ingin bermain sekalian," akuinya.
Disinggung tingkat kecanduan, Zamrud mengaku sangat memprihatikan, terlebih apalagi kalau untung. Untung memang, kalau kalah berbeda. Kalau saya tidak pernah kalah, soalnya bagaimana sudah pernah melakukan eksperimen skala kecil.
Saking penasarannya dan ingin terus mencoba, pernah deposit uang dalam jumlah banyak. Yakni deposit awal Rp 30 sampai 50 juta dan kadang rugi kadang untung.
"Ada ketakutan tersendiri entah itu disebabkan apa saya tidak faham. Apa faktor doa dari orang tua yang bagaimana. Bisa jadi," bebernya.
Melihat dahsyatnya judi online, ia sudah kapok dan ingin meninggalkan jauh-jauh. Harapan besar, Zamrud menginginkan pendidikan sejak dini mengenai bahaya dan dampak judi online bisa masuk dalam pembelajaran anak-anak sekolah.
"Mungkin pembekalannya mulai tingkat sekolah, jadi mulai SMP, SMA sudah dikasih wawasan kalau judi, bahwa judi itu pasti merugikan," paparnya.
Terpisah, Kepala Bidang APTIKA Dinas Kominfo Tulungagung, Iwan Sediono menerangkan bahwa terkait dengan penangan judi online dari sisi Bidang Aplikasi dan Informatika berupaya untuk mencegah dan mengkampanyekan bahaya hal tersebut.
"Namun dalam penanganan konten perjudian online diperlukan kerjasama dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Yakni bersama-sama menangani permasalahan ini dan komitmen serius semua pihak untuk memberantasnya," ujar Iwan Sediono kepada VIVA Jatim.