Desa Menari, Hasil Kreativitas Trisno Angkat Potensi Wisata di Dusun Tanon Semarang
- Facebook Trisno
Tidak cukup sampai di situ, bagi Trisno, program desa wisata yang ia gagas harus berkelanjutan. Karenanya ia melakukan upaya regenerasi dengan memberikan pendampingan dan mengajari sebagian dari warga menjadi pemandu wisata.
Desa Wisata di Dusun Tanon ia berinama Desa Menari. Penamaan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari potensi Sumber Daya Manusa (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki. Itulah yang meyakinkan Trisno bahwa kampungnya bisa maju dengan potensi yang dimiliki sendiri.
Dari sektor alam, ada banyak potensi yang bisa dimanfaatkan, antara lain kondisi alamnya yang masih asri, tepatnya di Kaki Gunung Telomoyo. Kampung yang masih asri, jauh dari polusi dan kebisingan sangat disukai oleh masyarakat kota dan bisa menjadi pilihan berlibur bersama keluarga usai penat dengan pekerjaan yang menumpuk.
Kemudian, kampung atau Dusun Tanon juga memiliki potensi SDM yang baik di bidang kesenian. Dimana masyarakatnya lekat dengan kesenian tari. Kesenian tari ini sudah ada sejak zaman leluhur mereka dan masih dilestarikan dengan baik hingga saat ini. Inilah yang menjadi cikal-bakal penamaan Desa Menari.
”Desa Menari ini karena penduduknya dikenal memiliki jiwa seni yang tinggi terutama menari. Dan ini sudah ada sejak zaman leluhur mereka,” ujarnya.
Adapun ragam pertujukan yang disuguhkan bagi para pelancong ke Desa Menari ini antara lain: Tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah, dan Warok Kreasi. Kesemua jenis tari-tarian itu diperankan oleh warga setempat, mulai dari orangtua, remaja hingga anak-anak.
Selain ragam jenis tari-tarian, para pengunjung juga akan dimanjakan dengan aneka jenis permainan tradisional khas Dusun Tanon dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti bambu. Di antaranya Toya Gila, Tangga Manusia, Pipa Bocor hingga Serok Manseng.