55 Tahun Jualan Jamu, Bu Diyem Wujudkan Impian Naik Haji
- PPIH Embarkasi Surabaya
“Ketika saya menabung itu, teman saya bilang kalau kamu ada tabungan, buat daftar haji saja. Dari situ saya timbul keinginan kuat untuk mendaftar haji,” tuturnya.
Dari hasil mendorong gerobak jamunya, Diyem dapat memperoleh keuntungan sekitar 100 ribu hingga 200 ribu perhari.
“Namanya juga jualan, kalau waktu sepi ya tidak segitu. Penting balik modal,” ujar perempuan kelahiran Kota Solo ini.
Dia bersyukur dengan keuntungan yang diperolehnya sekarang dia dapat menabung untuk melunasi biaya haji.
“Saya sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya raih. Ingat waktu saya awal-awal jualan jamu pada usia sebelas tahun, sekitar tahun 1970. Saya lebih susah saat itu karena jualan jamu gendong. Anak-anak seusia saya masih senang main, saya sudah jualan jamu gendong keliling. Kalau lama tidak ada yang beli, saya duduk dulu. Berat kan,” kenangnya.
Kini, setelah 55 tahun menjual jamu, Bu Diyem mendapat karunia tak ternilai yakni menjadi tamu Allah ke Tanah Suci.
“Sampai sekarang masih jualan. Ini libur karena naik haji. Kalau tidak jualan badan rasanya pegal semua. Anak-anak sudah melarang tetapi Alhamdulillah badan saya masih sehat dan bisa mandiri. Semoga di Tanah Suci nanti saya dan suami juga diberikan kemudahan dalam beribadah,” harapnya.