Kiai Yunus Jajar Trenggalek Istiqomah Mengaji, Pernah Mondok 21 Tahun di Lirboyo Kediri
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Akhirnya, Kiai Zuhdi menulis bait demi bait di belakang papan tulis. Sehingga saat setoran ke Kiai Yunus bisa dibaca dengan lancar.
"Beliau sabar. Setiap Minggu ditarik 15 bait Al-Fiyyah, saya tidak bisa, saya bertempat di belakang papan tulis dan saya tulis. Tidak kalau ngrepek (nyontek) saya membaca hehehe," kenangnya.
Pernah di awal-awal Kiai Zuhdi ditanya kenapa kok tidak bisa. Beliau menjawab "Nggih dongane Mbah Yai kulo suwun" (Doanya saja Yai yang saya minta). Namun seminggu selanjutnya juga tidak sesuai target 15 bait untuk disetorkan.
"Sabtunya lagi saya juga tidak bisa, bagaimana? Kulo kinten dongane Mbah Yai kurang Mandhi, Mbah Unus titik wah juh. Batinku kalau dongane Mbah Unus mandhi prakyo mempeng (saya membatin kalau doanya Mbah Yunus mustajab saja bisa sungguh-sungguh)," candanya sembari tersenyum.
Dari segi kehidupan Kiai Yunus, ia mengaku bahwa almaghfurlah tidak kemana-mana. Keluar hanya pas mendapat undangan tahlilan atau lainnya di masyarakat sekitar. Karena memang benar-benar full mengaji membina santri di Pondok Pesantren Darussalam Jajar Sumbergayam.
Akan tetapi, Kiai Zuhdi menerangkan pada sekitar tahun 1970 sampai ia pindah 1973, mengingat Kiai Yunus sering ke sawah untuk mengurus tanaman padi.
"Mbah Yunus sregep (rajin) ke sawah.