Ngabuburit di Rumah Saja, Ini 5 Rekomendasi Film Religi Klasik Seru Ditonton

Ilustrasi Film Religi Klasik
Sumber :
  • Viva.co.id

Selama di sana, Fahri bertemu dengan tiga wanita cantik yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Namun, hati Fahri hanya tertuju pada seorang gadis Indonesia bernama Maria Girgis yang juga kuliah di Kairo. Namun, cinta mereka dihadapkan pada berbagai rintangan seperti perbedaan agama, budaya, dan bahasa. Film ini mampu menarik perhatian penonton dengan sentuhan religius dan drama romantis yang membuat penonton terbawa emosi. 

Sasar Spot Menggambar Sekitar Stadion, Cara Komunitas Graffiti Trenggalek Isi Ngabuburit Ramadan

4. Sang Pencerah (2010)

Sang Pencerah mengangkat kisah perjuangan tokoh bangsa, Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Tapi, dia harus menemui berbagai tantangan dan mendobrak stigma di masyarakat saat itu. Melalui suraunya, Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman Jogja.

Tradisi Malem Selawe: Acara Rutin Peninggalan Sunan Giri untuk Mendapat Berkah Lailatul Qadar

Hal itu mengakibatkan kemarahan seorang kiai penjaga tradisi, Kiai Penghulu Kamaludiningrat sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kiai kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda. Selain itu, Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kiai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Boedi Oetomo.Namun, beragam kesulitan itu tak menyurutkan niat baik Ahmad Dahlan. Di kemudian hari, ia membentuk Muhammadiyah yang bertujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai zaman. 

5. Sang Kiai (2013)

RS Wates Husada Gresik Santuni 300 Anak Yatim dari 3 Kabupaten

Film ini mengangkat kisah para pejuang Indonesia terhadap penjajah Jepang. Berawal pada tahun 1942 saat Jepang melakukan emansipasi ke Indonesia. Beberapa kiai ditangkap karena melakukan perlawanan terhadap penjajah Jepang. Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih, melarang lagu Indonesia Raya, dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada Matahari). Sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, KH Hasyim merupakan salah satu ulama yang paling dihormati dan berpengaruh di tanah Jawa.

Ia menjadi tokoh sentral dalam film ini. Dia ditangkap karena menentang keinginan penjajah Jepang, KH Hasyim Asy'ari menganggap peraturan tersebut melanggar akidah Islam. Para santri yang mengetahui gurunya tersebut ditangkap oleh penjajah Jepang tidak tinggal diam termasuk sang putra KH Wahid Hasyim. Mereka berusaha mencari cara untuk membebaskan sang kiai dari tangan penjajah. Setelah waktu yang cukup lama dan panjang akhirnya KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan.

Halaman Selanjutnya
img_title