Tradisi Kupatan di Durenan Trenggalek Berjalan Sejak 2 Abad Silam

Suasana Pesantren Babul Ulum, lokasi perintis Tradisi Kupatan
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Tradisi Kupatan atau Hari Raya Ketupat di Desa Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek siapa sangka sudah berjalan 2 abad lebih. Yang kini diperingati setiap selesai menjalankan Puasa Syawal selama enam hari.

PMII Jatim Serukan Inisiatif Perdamaian Global di Momen Harlah ke-64

Viva Jatim mencoba sowan ke salah satu dzurriyah atau keturunan KH Mahyin yang merupakan penggagas Tradisi Kupatan. Memasuki pelataran Pondok Pesantren Babul Ulum disambut bangunan tua seperti surau. Menara masjid di sebelah barat jalan masuk menjulang sekira 10an meter. Masjid lawas tak terlalu luas, namun menyimpan historis panjang peradaban islam di abad ke 16.

"Kupatan ini sudah berjalan lebih dari 200 tahun. Lantas setelah mbah saya (KH Imam Mahyin) meninggal tahun 10 atau 1910 sekitar itu, lalu diteruskan oleh ayah saya," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum, Durenan, KH Abdul Fattah Mu'in, Kamis 27 April 2023.

Baru 72,14 Persen Capaian UHC di Tulungagung

SesuI penanggalan, Tradisi Kupatan jatuh pada H+8 hari Sabtu, 29 April 2023 atau tanggal 8 Syawwal 1444 H. Kiai Fattah menuturkan, Tradisi Kupatan di Durenan memang sebagI ajang silaturahim sanak family sekaligus reuni bersama teman, kolega kantor dan siapapun yang datang kenal atau tidak pasti mendapat ketupat.

Kiai sepuh generasi keempat dari Kiai Abdul Masyir atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Mesir ini mulai menceritakan awal tradisi tersebut. Hal itu berawal dari KH Imam Mahyin pada hari raya kedua dijemput oleh Adipati yang memerintah di Kadipaten Trenggalek.

STY Terusik dengan Hal Ini saat Indonesia Menang atas Korea Selatan

Kadipaten Trenggalek meminta KH Mahyin untuk mendampingi open house selama enam hari. Selama disana, kiai kharismatik tersebut tidak makan di pagi hingga sore hari. Ternyata Kiai Mahyin menjalankan sunnah dengan berpuasa saat tanggal 2 hingga 7  Syawal. Termasuk keluarga yang ditinggalkan di rumah juga menjalankan Puasa Syawal.

Kiai Fattah menerangkan, pedoman yang digunakan kakeknya adalah sesuai dalam hadist, yaitu "Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun" (HR Muslim).

Halaman Selanjutnya
img_title