Merasakan Asyiknya Backpackeran ke Lombok dengan Rucitra dan Kirana (1)
- Nur Faishal/Viva Jatim
Tepat pukul 18.00 WIB, Rucitra VIII mengangkat jangkar dan melepas tali. Kapal bergerak menuju Perairan Karang Jamuang, lalu ke timur menyusuri sisi utara Pulau Madura, berbelok ke selatan menuju Perairan Bali, kemudian ke Timur menuju Pulau Lombok. Oleh petugas kapal, alur Rucitra VIII disebut dengan alur utara Madura.
Karena berlayar di laut lepas, sinyal internet kembang-kempis begitu menjauh dari daratan Surabaya. Untuk menendang rasa bosan, kami pun memutuskan untuk jalan-jalan, menyusuri seluruh geladak kapal.
Tujuan pertama kami adalah kantin atau restoran. Kami berjalan terus ke belakang. Di sana ada kantin dengan tempat duduk asyik untuk melihat pemandangan laut dari bagian belakang kapal. Ada juga restoran yang berada di geladak atas. Tempatnya lebih bagus lagi. Ada ruangan khusus bukan perokok dan ber-AC. Sementara di luar, tempat duduk ditata sama dengan kantin di geladak bawah.
Kami juga berjalan-jalan ke geladak utama di bagian paling atas kapal. Di sana, ada banyak tempat duduk nyaman yang bisa dibuat bersantai. Di bagian tengah, ada ruang kosong yang ditata bak lapangan. Di sana penumpang bisa berolahraga, juga mengintip Matahari tenggelam atau terbit.
Kami juga menemukan ruang perpustakaan yang bisa dimanfaatkan para kutu buku. Ada juga ruang bermain anak bagi penumpang yang membawa serta anggota keluarga. Ada pula ruang karaoke bagi yang ingin menghibur diri. Hiburan bersama juga disediakan di ruang duduk penumpang. Di sana, ada biduan yang menghibur penumpang dengan lagu-lagu dangdut koplo.
Saking asyiknya berjalan-jalan, tak terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam. Kami pun masuk ke dalam ruangan dan tidur. Kami bangun selepas azan Subuh. Usai salat, kami beranjak menuju geladak utama, ingin menyaksikan Matahari terbit. Sayang, pagi itu awan begitu tebal. Matahari terbit gagal kami nikmati.
Suasana musala di KM Dharma Rucitra VIII.
- Nur Faishal/Viva Jatim