Ada Rupang Buddha Bergerak di Vesak Festival di TP 3 Surabaya

Rupang Buddha bergerak saat Vesak Festival di TP Surabaya.
Sumber :
  • Istimewa

Surabaya, VIVA JatimRupang Buddha bergerak berukuran besar jadi pemandangan baru di Atrium Tunjungan Plaza (TP) 3 Surabaya. Diorama Sang Buddha merawat Bhikkhu Tissa itu bagian dari atraksi Vesak Festival dalam rangka Hari Raya Waisak yang digelar oleh Young Buddhist Association of Indonesia (YBAI) dari 22 sampai 26 Mei 2024. 

Sanghadana Waisak Terbesar Se Indonesia di Vesak Festival, Donasi Terkumpul Ratusan Juta

Diorama tersebut memecahkan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai Rupang Buddha Bergerak Terbesar di Dalam Gedung. Rupang tersebut masih bisa disaksikan di TP 3 Surabaya hingga festival berakhir pada 26 Mei mendatang. Panitia Vesak Festival 2024 juga menyiapkan berbagai acara menarik yang bisa diikuti oleh masyarakat umum.

Penyerahan piagam oleh MURI dilakukan dalam rangakaian pembukaan Vesak Festival, Rabu kemarin. Hadir sejumlah tokoh agama, pegiat sosial, hingga Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya Ikhsan yang mewakili Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

Gambaran Bikkhu Sebenarnya di Film Hakiki Disuguhkan di Vesak Festival Surabaya

Ini kali kedua YBAI berhasil memecahkan rekor MURI. Di tahun sebelumnya, komunitas ini juga berhasil memecahkan rekor MURI setelah berhasil mendirikan Rupang atau Patung Buddha tertinggi di dalam gedung se-Indonesia pada rangakaian Vesak Festival 2023.

Dibuat di Bali, diorama tersebut berukuran tinggi total 6,05 meter dengan menggunakan bahan yang sama dengan pembuatan ogoh-ogoh. Total pengerjaan membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan. Diorama memperlihatkan Buddha yang sedang merawat anggotanya, masing-masing patung terlihat bergerak. 

Saat Umat Buddha Ikuti Tradisi Pindapatta di Vesak Festival

Ketua Vesak Festival Anthony Orodiputro menjelaskan, diorama tersebut menggambarkan Buddha yang merawat seorang Bhikkhu yang sedang sakit. Tak sendiri, Bhikkhu tersebut turut dijaga Bhikkhu lain dari berbagai aliran, seperti Mahayana, Theravāda, dan beberapa aliran lain.

Menurutnya, diorama tersebut menunjukkan keanekaragaman aliran dalam Buddhis yang menyatu. "Jadi, sama-sama aliran dalam Buddhis, tapi memiliki budaya yang berbeda," kata Anthony dikonfirmasi di sela acara, Kamis, 23 Mei 2024.

Halaman Selanjutnya
img_title