Kebiasaan Hijau yang Bisa Dimulai Sejak Pagi

Iliustrasi pelestarian lingkungan
Sumber :
  • Istimewa

Surabaya, VIVA Jatim – Pagi adalah awal segalanya. Ia membuka hari dan menentukan ritme kehidupan. Namun, lebih dari sekadar rutinitas, pagi juga bisa menjadi momen refleksi: sejauh mana kita sudah hidup berdampingan dengan alam? Di tengah krisis iklim dan degradasi lingkungan yang makin terasa, membangun kebiasaan hijau sejak pagi bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar.

Gubernur Khofifah Surati Menhub soal Antrean Ketapang: Tambah Kapal dan Aktifkan Pelabuhan Jangkar

Ketika Bumi Memberi Isyarat

Berita tentang bencana ekologis seolah tak pernah absen dari layar gawai kita. Tahun 2023, misalnya, Indonesia mengalami 1.439 bencana hidrometeorologi sepanjang tahun — mulai dari banjir, longsor, hingga kekeringan ekstrem. Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa sebagian besar bencana tersebut berkaitan langsung dengan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Lima Alumni PPM School of Management Raih Penghargaan A.M Kadarman Award 2025

Tak hanya itu. Data dari Global Forest Watch menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan lebih dari 270.000 hektar hutan primer tropis pada 2022, yang berdampak pada kerusakan keanekaragaman hayati dan keseimbangan iklim mikro. Kita seolah lupa bahwa alam adalah sistem hidup yang saling terhubung, dan rusaknya satu bagian bisa mengguncang segalanya.

Bangun Pagi, Bangun Kesadaran

Langganan Penghargaan Internasional, Pelukis Cilik Sanggar Daun Gresik Pamer 14 Karya

Kebiasaan hijau tidak harus rumit. Bahkan bisa dimulai dari saat membuka mata di pagi hari. Berikut beberapa langkah kecil yang bisa diterapkan:

1. Matikan lampu dan buka jendela

Sebelum menyentuh sakelar listrik, cobalah membuka tirai dan jendela. Cahaya alami tidak hanya menghemat energi, tapi juga baik untuk tubuh dan kesehatan mental.

2. Kurangi mandi air hangat listrik

Di Indonesia yang beriklim tropis, mandi dengan air suhu ruangan sebenarnya sudah cukup. Menghindari pemanas listrik di pagi hari membantu mengurangi konsumsi energi rumah tangga.

3. Gunakan air seperlunya

Ketika gosok gigi, matikan keran. Menghemat satu menit air mengalir setara dengan menyelamatkan sekitar 6 liter air bersih — sesuatu yang masih langka di banyak wilayah.

4. Sarapan ramah lingkungan

Pilih makanan lokal, musiman, dan sebisa mungkin tanpa kemasan sekali pakai. Selain lebih sehat, juga mengurangi jejak karbon dari transportasi dan limbah plastik.

5. Pilih transportasi bijak

Jika memungkinkan, gunakan sepeda, berjalan kaki, atau transportasi umum untuk beraktivitas pagi. Selain mengurangi emisi, tubuh pun jadi lebih bugar.

Alam Bukan Lawan, Tapi Kawan

Pandangan modern sering menempatkan alam sebagai objek untuk dieksploitasi. Padahal, dalam tradisi lama dan spiritualitas Nusantara, manusia dianggap sebagai bagian dari tatanan semesta. Dalam filosofi Jawa, misalnya, dikenal prinsip “Hamemayu Hayuning Bawana” — merawat keindahan dan keseimbangan dunia.

Begitu pula dalam banyak ajaran agama: bumi adalah amanah, bukan warisan. Al-Qur'an menyebut manusia sebagai khalifah (pengelola) di bumi, bukan penguasa semaunya. Menyakiti alam sama halnya dengan merusak tatanan yang dititipkan.

Kebiasaan Kecil, Dampak Besar

Menanam pohon mungkin butuh waktu. Tapi kebiasaan hijau bisa mulai dari pagi hari, bahkan dari kamar tidur. Kesadaran kolektif dibangun dari langkah pribadi yang konsisten. Dan alam, meskipun kerap diam, selalu mencatat kebaikan yang kita tebarkan padanya.

Seperti kata pepatah bijak: “Kita tidak mewarisi bumi dari leluhur, tetapi meminjamnya dari anak cucu.”