Kenali Gejala Dating Violence sejak Awal Pacaran

Doktor Soerjantini, Psikolog
Sumber :
  • Mukhammad Dhofir /Viva Jatim

"Di masa lalu, korban bisa jadi mengalami kekerasan emosional berupa pengabaian dan tidak diperhatikan. Sehingga, dia butuh sosok yang bisa memenuhi itu, yaitu pasangannya," lanjut Soerjantini.

Mahasiswi Ubaya Ini Raih Juara I Kompetisi PT SPIL Berkat Daur Ulang Kain

Ia menambahkan, tindak kekerasan dalam dating violence mengikuti siklus yang berputar dan berkelanjutan. Setelah pelaku melakukan kekerasan, biasanya akan memperlakukan pasangannya dengan sangat baik.

Hal ini yang disebut dengan fase honeymoon. Tindakan ini membuat korban memiliki optimisme bahwa sang pasangan masih bisa berubah. Inilah yang membuat mengapa banyak pasangan tidak melaporkan adanya kekerasan, sehingga fenomenanya seperti gunung es. Pasangan yang menjalani dating violence dalam waktu yang lama akan berdampak pada kondisi psikologis.

Terdakwa Pembunuh Mahasiswi Universitas Surabaya Divonis 20 Tahun Bui

"Seseorang akan kehilangan self esteem atau penilaian terhadap diri sendiri, tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial, merasa rendah diri dan cenderung menyendiri bersama pasangannya. Bahkan pada tahap ekstrem bisa depresi dan bunuh diri," imbuhnya.

Selain itu, seseorang yang mengalami kekerasan fisik saat berpacaran dapat menimbulkan luka fisik bahkan cacat. Untuk itu, Soerjantini menghimbau masyarakat dapat memberikan psikoedukasi apabila melihat ada kerabat yang mengalami dating violence.

Satu Pelaku Pengeroyokan Dua Petugas PLN di Mojokerto Dibekuk Polisi

"Bagi yang sedang mengalami, solusi yang dapat dilakukan adalah mengakhiri hubungan tersebut selagi belum lanjut ke pernikahan. Dalam proses tersebut, dapat memperluas diri untuk mempunyai support system yang dapat membantu," pungkasnya.