Pemilu 2024 Sarat Disinformasi, Politik Identitas dan Tantangan Teknologi AI
- Viva
Surabaya, VIVA Jatim –Pemilu 2024 sebentar lagi digelar pada tanggal 14 Februari mendatang. Penyelenggaraan pemilu ini diharapkan berlangsung dengan demokratis, jujur, adil, dan damai.
Namun untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, penyelenggara, peserta, media, hingga masyarakat pada umumnya.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan Pemilu 2024 adalah isu disinformasi, malinformasi, dan misinformasi. Isu-isu ini dapat menimbulkan kegaduhan, kebingungan, dan konflik di tengah masyarakat.
Menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nezar Patria, jumlah disinformasi, malinformasi, dan misinformasi terkait Pemilu 2024 jauh lebih berkurang dibandingkan dengan dua Pemilu sebelumnya. Hal ini terlihat dari media sosial, instant messenger, dan grup WhatsApp.
"Pada pemilu kali ini, jumlah disinformasi, malinformasi, dan misinformasi terkait Pemilu 2024 jauh lebih berkurang dibandingkan dengan dua Pemilu sebelumnya,” ujarnya, dikutip dari VIVA.
Namun, Nezar mengingatkan bahwa salah satu hal baru dalam isu disinformasi, malinformasi dan misinformasi tahun ini adalah penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI). AI dapat menghasilkan konten palsu yang lebih sulit dibedakan dengan sekali pandang.
"Itu menjadi hal baru dalam hoaks tahun ini. Ini bukan hanya di Indonesia saja, sejak generative AI muncul, sudah digunakan di beberapa negara, tidak hanya pemilu, tetapi juga untuk menyebarkan misinformasi dalam kesehatan dan ilmu pengetahuan,” ungkapnya.