Mbah Benu Imam Masjid Aolia Gunung Kidul Mengaku Telepon Allah, PBNU: Tukang Sihir!

KH Ahmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur
Sumber :
  • Viva.co.id

Surabaya, VIVA Jatim – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan masyarakat agar tidak terkecoh oleh keanehan atau kesaktian seseorang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib. Sebab, mereka tidak berarti memiliki keistimewaan di hadapan Allah SWT.

PBNU Siap Membangun Masa Depan Bangsa bersama Prabowo-Gibran

“Tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya [menghadirkan kesaktian dan hal-hal ajaib],” kata Ketua PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur dalam keterangannya kepada VIVA Jatim, Sabtu 6 April 2024.

Hal itu disampaikan Gus Fahrur merespon tindakan jemaah Masjid Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang melaksanakan Hari Raya Hari Idul Fitri lebih awal pada Jumat, 5 April 2024, kemarin. Mereka berdalih tokoh panutannya telah berbicara langsung dengan Allah SWT.

Gus Ipul Sebut PBNU Belum Diajak Bicara Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Gus Fahrur yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Annur Bululawang, Malang tersebut mengatakan, seseorang yang mengaku bisa berkomunikasi langsung dengan Allah itu kemungkinan besar dari jin atau setan.

“Hendaknya diwaspadai bahwa bangsa jin dan setan juga bisa datang kepada siapa pun dan  mengaku-ngaku sebagai Gusti Allah atau malaikat untuk mengajak manusia kepada kesesatan,” tegasnya.

Mubes Alim Ulama Bakal Bentuk Presidium Daerah, Dorong Muktamar Luar Biasa NU

 

 

Masjid Aolia Gunung Kidul, Yogyakarta

Photo :
  • VIVA.co.id

 

 

Sebelumnya diberitakan, jemaah Masjid Aolia Gunung Kidul melaksanakan salat Idul Fitri di aula rumah Imam Masjid Aolia Kiai Haji Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu, pada Jumat, 5 April 2024, pukul 06.00 WIB.

Mbah Benu mengaku memilih malaksanakan Idul Fitri lebih awal setelah berkomunikasi langsung dengan Allah.

Menurut Gus Fahrur, dasar ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syariat yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar yang sudah jelas dalil-dalilnya. Yakni tuntunan agama Islam yang dipahami para ulama sesuai metode nalar syariat Islam. 

“Benar dan salah seseorang dalam ajaran agama Islam hanya boleh diukur dengan ketentuan-ketentuan syariat sesuai tuntunan Al-Quran, hadits, qiyas dan ijma para ulama,” tandasnya.