Tergusur Produk China, Pengrajin Kulit dan Perak Curhat ke Kadin Jatim
- Humas Kadin Jatim
Surabaya, VIVA Jatim – Sejumlah pengrajin kulit dan perak berkunjung ke kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur di Surabaya, Kamis, 11 Juli 2024. Mereka curhat lesunya pasar produk kerajinan kulit dan perak mereka karena tergusur produk impor dari China.
Gempuran produk jadi dari negara tirai bambu kiranya telah membuat pelaku usaha domestik kelimpungan, khususnya yang usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM). Di Jawa Timur, banyak UMKM yang mengaku harus mengurangi produksi atau mem-PHK karyawannya karena permintaan semakin sepi.
Bahkan ada juga yang sampai gulung tikar, seperti yang dialami oleh UMKM pengrajin kulit dan perak di Sidoarjo. Ketua Asosiasi Pengrajin Kulit (Aspek) Jatim Roni Yudianto mengatakan bahwa kerajinan kulit di Sidoarjo, tepatnya di kecamatan Tanggulangin, beberapa tahun yang lalu sempat berjaya.
Hampir di setiap rumah yang ada di Desa Kedensari memiliki usaha pembuatan produk berbahan dasar kulit, mulai dari tas, sepatu, sabuk atau jaket.
"Dulu tempat kami menjadi jujugan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Setiap hari banyak pengunjung membeli berbagai macam produk kulit yang ada di kios yang dibangun warga di sepanjang jalan. Tetapi akibat gempuran produk serupa yang diimpor dari China akhirnya lambat-laun mulai sepi, terlebih saat covid-19 melanda," kata saat bertemu dengan Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Graha Kadin Jatim.
Sebenarnya, lanjut Roni, pengrajin-pengrajin tersebut sudah berusaha untuk terus bertahan di kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Tetapi gempuran produk impor dari China kian hari makin tidak terkendali. Apalagi dengan adanya digitalisasi. Banyak produk yang dijual e-commerce adalah produk impor China.
Selain itu, tampilan atau mode produk Cina dinilai sangat variatif dan inovatif. Harganya juga jauh lebih murah dibanding produk lokal. Sehingga daya saing produk lokal kalau jauh dibanding produk China.