Wapres Ma'ruf Amin Luncurkan Gerakan Wakaf Indonesia di Tebuireng Jombang

Launching program GWI di SMA trensains Tebuireng Jombang
Sumber :
  • M. Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

JatimWakil Presiden, KH Ma’ruf Amin meluncurkan program Gerakan Wakaf Indonesia (GWI) di kompleks Pondok Pesantren Sains Tebuireng Jombang, Rabu, 15 Maret 2023. 

Risma Berat Dapat Rekom PDIP Jatim, Said Abdullah Lebih Tertarik ke Khofifah

Diketahui, Peluncuran GWI dilaksanakan di lahan yang diwakafkan  oleh KH. Hasyim Asy’ari. Lahan ini diserahkan kepada pesantren Tebuireng untuk pendidikan pada tahun 1934 silam. Kini, lahan tersebut telah berdiri bangunan kompleks Pesantren Sains Tebuireng dan menampung sekitar 1400 santri. 

Wapres didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa bersama Bupati Jombang Mundjidah Wahab, disambut oleh pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab dipanggil Gus Kikin. 

Pj Gubernur Adhy Apresiasi Peluncuran Layanan Imunoterapi Nusantara RS Bhayangkara Surabaya

Kiai Ma'ruf mengatakan, gerakan wakaf bisa menjadi salah satu pendekatan untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan sosial. Oleh sebab itu, dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat unyuk turut serta peduli dengan kemiskinan dan  ketimpangan sosial, dengan cara menyisihkan harta melalui wakaf.

“Sekarang sudah membangun Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk menggerakkan ekonomi, termasuk gerakan wakaf di daerah-daerah,” katanya saat sambutan.

Halal Bihalal dan Musda IKA SKMA Jatim, Pj Gubernur Adhy Tegaskan Komitmen Soal Hutan

Menurutnya, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan versi World Giving Index 2022 di tahun 2018. Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang gemar berbagi. 

"Sebut saja tradisi tumpengan, slametan, tahlilan dan banyak tradisi lain yang mayoritas dalam ritual tersebut selalu dibarengi dengan acara bagi-bagi berkat dan makan bersama. Dari sini terlihat masyarakat Indonesia sangat kental dengan tradisi komunal dan berbagi," ungkapnya. 

Namun, kata dia, fakta tersebut tidak berbanding lurus dengan pengelolaan dana yang bersifat sosial (charity). Karena masyarakat masih minim pengetahuan literasi tentang perwakafan. Selain itu, nadzir (pengelola harta) wakaf juga harus berkompeten. 

"Masih lemahnya tata kelola wakaf, rendahnya literasi wakaf dan kapasitas nadzir yang harus ditingkatkan. Ini menyebabkan pengelolaan wakaf untuk menyejahterakan masyarakat dan menurunkan ketimpangan sosial belum maksimal," tuturnya. 

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng sekaligus Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT), Gus Kikin mengatakan, Kerjasama BWPT ini terbuka untuk perorangan, badan hukum, dan korporasi, atau bahkan perusahaan multi nasional. 

"BWPT akan membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan yang luas, yang peduli untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan," tuturnya. 

Ia menyampaikan, Tebuireng ingin menunjukkan bahwa sedang mengoptimalisasi penggunaan tanah-tanah wakaf yang ada di Tebuireng.

“Khususnya memang wakaf ini yang ditinggalkan oleh hadratuseh sekitar 8 hekatre. Dan kami sudah mulai membangun dimulai dari KH. Sholahudin Wahid,” terangnya.

Saat ini di lahan peninggalan Kiai Hasyim Asy'ari itu itu terdapat gedung SMA Trensains dengan 16 kelas dan gedung SMP Sains 21 kelas. Sebenarnya masih ada sisi lahan yang belum dimanfaatkan. Namun pihaknya sedang berfikir untuk bagaimana mengoptimalkannya. Disisi lain, juga masih ada lahan sekuas 16 hektare yang diwakafkan. 

“Kita masih belum mampu untuk mengoptimalkan,” ujarnya. 

Dengan adanya GWI ini, ia melihat potensi yang sangat besar, terutama untuk kalangan umat Islam. Akan tetapi, Gus Kikin menegaskan, pengelolaan dan sistemnya harus ditata dengan baik. 

“Tidak seperti jaman dahulu mengelola uang begitu saja. Kalau sekarang kan ada sistem, karena semakin lama semakin besar nilai uangnya,” ungkapnya.