Gandeng Jaringan Gusdurian, Cara Pemuda Buddha Surabaya Gelorakan Semangat Kemanusiaan

Kajian Lintas Agama Young Buddhist Association
Sumber :
  • Nur Faishal/ Viva Jatim

"Tiga peristiwa Waisak adalah sebuah perjalanan Guru Agung kita, Sang Buddha. Peristiwa ini menjadi teladan yang mengingatkan kita bahwa hidup kita ini sangat berharga, namun memiliki batasan waktu dimana kita nantinya akan meninggal. Untuk itu kita perlu meningkatkan kapasitas kita dan mengoptimalkan hidup kita. Kita bisa lakukan apapun, kalau kita mau,” tegasnya. 

Bulan Ramadhan Momentum Tepat Berbagi Kebaikan dengan Sesama, Ini Alasannya

Sementara itu, Neng Alissa Wahid juga menjelaskan Misi Gusdurian dalam tindakan kebaikan kepada semua termasuk bidang kemanusiaan adalah berasal dari filosofis Gusdur dimana manusia hidup itu perlu menekankan pada Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keadilan. Bukan pada hal matrealistis. Bahkan, tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi daripada kemanusiaan. 

"Batas kemanusiaan itu bisa dilampaui oleh tiga hal, yaitu: Cinta, Kebebasan dan Tuhan. Tapi kadang umat ini sering lupa bahwa Tuhan ini Maha segalanya, jadi sudah tidak perlu dibela lagi. Untuk itu sentimen agama yang muncul perlu diperlakukan dengan hati-hati dan dihindari. Jadi kalau ada apapun yang terjadi, bahkan yang terburuk pun terjadi kita tidak lagi bimbang, luwes dan tahu apa yang perlu dilakukan. Kebenaran tidak bisa ditawar,” tegas putri Almarhum mendiang Gusdur itu. 

YBA Sampaikan Surat Terbuka: Bahas Animo Pemilih Pemula hingga Sengketa Pemilu

Menurutnya, kaum muda adalah kaum peka hak dan berani untuk membela apa yang diyakini. Disisi lain kaum muda memiliki kebebasan informasi dan transportasi. Hal ini menyebabkan kaum muda bisa salah arah dan menjadi egoistis dan menjadi sociocentric society. 

“Padahal kalau kita menerapkan nilai-nilai kemanusian kita akan sadar apa yang benar-benar penting dan memprioritaskan kepentingan bersama demi terciptanya kebahagiaan dan keharmonisan hidup," katanya. 

Akibat Situasi Geopolitik, Laba Unilever Indonesia Anjlok 10,5 Persen di Tahun 2023

Meski begitu, kembali pada esensi Agama, dimana memiliki cara pandang, sikap dan aktualisasi yang meningkatkan martabat dan kebaikan bersama. Apabila melakukan tindakan kebalikan seperti penistaan dan menindas, maka harus berani menolak. Dari situ maka harmoni akan terwujud. 

“Kadang solidaritas sesama pemeluk agama ini melebihi apapun. Bukan hanya sociocentric society, yang urus kepentingan kelompok sendiri. Tapi ikut memberdayakan komunitas dan ruang hidup bersama. Bukan perbedaan yang dilarang agama, tapi perpecahan,” katanya. 

Halaman Selanjutnya
img_title