Telegram Jadi Surga Para Hacker, Benarkah?
- Viva.co.id
Surabaya, VIVA Jatim –Telegram, aplikasi perpesanan terenkripsi populer yang dikenal karena komitmennya terhadap privasi dan keamanan, telah menjadi pusat aktivitas penjahat dunia maya alias hacker/peretas.
Platform ini semakin menghosting saluran atau channel yang memfasilitasi peretasan, mendistribusikan data yang dicuri, dan menyediakan pasar untuk alat dan layanan kejahatan dunia maya.
Platform telah melengkapi peran web gelap (dark web) sebagai tempat alternatif untuk berkumpul jika komunitas web gelap ditutup, atau metode lain untuk menjual kredensial curian dan item terkait penipuan lainnya.
Unmasking Telegram: dari perpesanan aman ke surga cybercriminal
Telegram, dipuji karena end-to-end encryption dan komitmennya terhadap privasi, telah menarik basis pengguna lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia sejak diluncurkan pada 2013.
Fitur keamanannya yang kuat dan kebijakan moderasi yang lemah, dirancang untuk melindungi kebebasan berbicara dan privasi pengguna. Namun, atribut ini secara tidak sengaja menjadikannya platform yang menarik bagi penjahat dunia maya.
Saluran peretasan Telegram telah menjadi pusat untuk berbagi data yang dicuri, alat peretasan, dan tutorial terlarang.
Dalam beberapa tahun terakhir, platform perpesanan yang aman telah berubah menjadi pasar gelap digital yang berkembang pesat untuk aktivitas kejahatan dunia maya karena beberapa alasan.
Menurut laman Security Boulevard, Selasa, 11 Juli 2023, alasan pertama terkait kerahasiaan. Enkripsi menjamin pengguna yang sah sehingga pesan mereka tidak dapat dibaca oleh mata-mata juga memberikan selubung anonimitas bagi mereka yang memiliki niat jahat.
Kedua, fitur obrolan grupnya memungkinkan saluran dengan ribuan pengguna menjadi ruang ideal bagi hacker atau peretas untuk berkumpul, berkolaborasi, dan melakukan aktivitas ilegal.
Ketiga, terkait sumber terbuka di mana platform asal Rusia ini memfasilitasi penyebaran cepat dan luas metodologi peretasan dan informasi yang diperoleh secara ilegal.
Saluran ini tidak hanya menimbulkan risiko yang signifikan bagi individu dan bisnis, yang datanya sering diperdagangkan dan dieksploitasi, tetapi juga menciptakan lahan subur bagi kejahatan dunia maya untuk tumbuh dan berkembang.
Penting untuk dicatat bahwa Telegram itu sendiri pada dasarnya tidak jahat —ini adalah alat seperti yang lainnya, yang dapat digunakan untuk kebaikan dan keburukan.
Sayang, komitmennya yang kuat terhadap privasi telah dimanfaatkan oleh penjahat dunia maya untuk melindungi aktivitas terlarang.
Daya pikat anonimitas yang disediakan oleh Telegram telah menciptakan dunia bawah tanah yang berkembang dari saluran peretasan.
Saluran ini berfungsi sebagai titik temu bagi peretas dari semua tingkat keahlian, dari pemula hingga profesional berpengalaman, untuk bertukar pengetahuan, alat, dan data yang dicuri.
Saluran peretasan Telegram sering berfungsi sebagai pasar untuk data yang dicuri. Pengguna dapat memperdagangkan, menjual, atau membeli kumpulan data yang berisi informasi pribadi sensitif seperti detail kartu kredit, kredensial email, dan lainnya.
Penjualan data semacam itu tidak hanya menyebabkan kerugian finansial langsung bagi individu dan bisnis, tetapi juga memicu pencurian dan penipuan identitas.
Channel ini mendistribusikan alat peretasan dan perangkat lunak berbahaya. Dari kit phishing dasar hingga ransomware canggih yang kadang dibagikan secara gratis atau dijual di antara anggota.