Kisah Pasutri Pencari Rumput Naik Haji setelah Bertahun-tahun Menabung

Paridjan dan istri, pasutri pencari rumput yang berhaji.
Sumber :
  • Humas PPIH Embarkasi Surabaya

Surabaya, VIVA Jatim – Umat Islam meyakini bahwa ibadah haji adalah panggilan Allah. Bila terpanggil, kondisi seperti apa pun seseorang bakal menemukan jalan untuk berangkat ke Tanah Suci. Contohnya Paridjan (65 tahun) dan istrinya, Tasriyatun, pasangan suami istri (pasutri) pencari rumput yang ditakdirkan berhaji tahun ini.

Membaca Peluang Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026

Paridjan dan Tasriyatun adalah warga Desa Rangge, Kelurahan Sukomulyo, Kabupaten Lamongan. Sehari-hari, Paridjan bekerja sebagai pencari rumput hewan ternak. Kadang-kadang saja dia bekerja sambilan sebagai tukang jagal hewan. Adapun Tasriyatun hanya ibu rumah tangga biasa. Tak bekerja.

Niat berhaji muncul di benak Paridjan setelah banyak tetangganya yang sudah berhaji. Dia terdorong untuk melaksanakan rukun Islam kelima dan ingin beribadah langsung di dekat Kakbah, kiblatnya umat Islam sedunia. 

Fix! Marcelino Ferdinand Jadi Pahlawan Kemenangan Timnas Indonesia Malam Ini

Mulanya, semangat Paridjan dan istrinya agak kendor. Rasa-rasanya tak mungkin dari penghasilan mencari rumput bisa mengumpulkan biaya untuk berangkat ke Tanah Suci. Tapi cita-citanya tak sirna begitu saja. 

Hingga pada tahun 2005, muncul keyakinan di diri Paridjan dan istrinya bahwa bila Tuhan berkehendak tidak mustahil bisa berangkat berhaji. Paridjan makin giat bekerja. Ia mengikat perut demi untuk bisa menabung. Tekadnya bulat akan berhaji.

3 Kekuatan Timnas Indonesia yang Diakui Pelatih Arab Saudi

Sejak itu, Paridjan dan istri setiap bulan menabung. Dari upah mencari rumput sebesar Rp1,8 juta setiap bulan, ia sisakan untuk menabung. Berapa pun duit tersisa dari kebutuhan pokok, mereka usahakan untuk menyimpan.

Agar mendapatkan duit tambahan, sesekali Paridjan juga bekerja sebagai tukang jagal hewan. “Setiap bulan saya usahakan menabung. Kalau jumlahnya tidak tentu. Bisa 50 ribu, 100 ribu, 300 ribu, sebisanya saja,” kata Paridjan ditemui di Asrama Haji Sukolilo di Surabaya, Senin malam kemarin.

”Alhamdulillah hasil dari tukang jagal bisa digunakan untuk menambah sedikit-sedikit abungan haji,” imbuh pria beranak tiga itu.

Setelah menabung enam tahun dan duit cukup terkumpul, Paridjan dan istrinya akhirnya bisa mendaftar haji pada 2011. Setelah ditunggu bertahun-tahun, pasutri sederhana itu akhirnya dipanggil untuk berhaji pada tahun 2024 ini.

Paridjan dan tasriyatun tergabung dalam jemaah haji Kelompok Terbang (kloter) 7 Embarkasi Surabaya. Keduanya terbang ke Tanah Suci pada Senin siang kemarin dan dijadwalkan tiba di Bandara Madinah, Arab Saudi, pada Senin tadi malam.