Peduli Pendidikan Anak Kurang Mampu, Farid Inisiasi Sayur untuk Sekolah

Muhammad Farid
Sumber :
  • Istimewa

Proses yang dilalui Farid tidaklah mudah, butuh perjuangan, pengorbanan dan waktu yang panjang. Saat baru merintis, ia harus pergi ke pasar-pasar untuk mencari anak-anak yang putus sekolah. Fasilitas yang disediakan juga hanya sebuah aula, langgar atau musalla kecil serta satu sanggar. Konsep bangunan itu memang dimaksudkan agar ruang gerak para siswanya tidak terbatas. 

Siti Salamah Berdayakan Pemulung dengan Pengelolaan Sampah Terintegrasi Berbasis Teknologi

Hanya dari seikat sayur, Farid setiap hari mampu menghidupkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Ia memperbolehkan para orang tua siswanya membayar biaya sekolah hanya dengan sayur-mayur. Tenaga pendidik di sekolah alam itu pun juga dibayar dengan sayuran. Bagi Farid, setiap anak wajib mendapatkan akses Pendidikan, tidak boleh dibedakan antara yang mampu dan yang kurang mampu. 

Selain keunakan bayar sekolah pakai sayur dan bahkan gratis, Farid juga tidak menekankan siswanya harus mengenakan seragam setiap hari. Ia sengaja menyuruh siswanya berpakaian bebas dan bahkan tidak harus bersepatu bagi mereka yang tidak punya. Seragam hanya diwajibkan dua hari dalam seminggu, yakni hari Senin dan Selasa. 

Bantuan Keuangan Desa, DPRD Gresik Rencana Ubah Sistem Pencairan Satu Tahap

Waktu demi waktu terus bergulir, sekolah alam yang dirintis Farid terus mengalami kemajuan. Hingga saat ini sekolah itu bernama SMP Alam Banyuwangi Islamic School (BIS) yang dipimpin langsung oleh Farid sebagai Kepala Sekolah. Berkat kegigihan dan komitmennya, kini sekolah alam itu telah mengantongi akreditasi B. 

Secara manajemen sistem yang diterapkan, SMP Alam BIS ini sedikit berbeda dari sekolah pada umumnya. Sekolah ini menerapkan kurikulum gabungan modern dan pondok pesantren salaf. Selain diajari menguasai mata pelajaran umum, para siswa juga digodog ilmu-ilmu agama. Seperti Bahasa Arab, Tahfidz al-Qur’an, Bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin. 

DSA Pacitan Kembangkan Pinang, Target Ekspor ke China 30 Kontiner per Bulan

Bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari di sekolah ini. Sebab Farid sengaja menerapkan kurikulum kreatif karena kurang cocok dengan metode sekolah umum yang dinilai usang. Sebab baginya ini adalah sekolah kehidupan. 

Kendati demikian, perihal pembelajaran, Farid tetap berpedoman kepada standarisasi yang diberlakukan oleh pihak berwenang, dalam hal ini Dinas Pendidikan. Sebagai sekolah alam, ia membebaskan para siswanya untuk berekspresi dan belajar dimana saja tanpa terikat. 

Halaman Selanjutnya
img_title