Sinergi VKTR dan PENS, Kawal Inovasi Transportasi Listrik di Indonesia

Dari kiri: Dirut VKTR Gilarsi W. Setijono dan Direktur PENS Aliridho
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Jatim – Dalam upaya mewujudkan pembaruan dalam sektor transportasi, PT VKTR Teknologi Mobilitas dan Politeknik Negeri Surabaya (PENS) bersinergi guna mengawal inovasi tersebut. Salah satunya dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Pemetaan Membangun Industri Elektrifikasi Transportasi Indonesia' dan pameran teknologi. Kegiatan ini digelar di Kampus PENS, Surabaya, pada Selasa 29 November 2022.

Sambut Lebaran 2024, PLN Jatim Siagakan 4.782 Personel dan Tambah 47 SPKLU

FGD tersebut digelar sebagai langkah awal kedua pihak dalam mengkaji lebih dalam terkait potensi industri elektrifikasi transportasi di Indonesia serta pengembangannya ke depan. Kemudian dirumuskan dalam beberapa hal sebagai tindaklanjut.

Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono mengatakan bahwa pembaruan moda transportasi dari yang semula motor konvensional menjadi motor listrik diyakini akan menjadi solusi untuk pemerintah dan masyarakat secara umum. Utamanya mengurangi polusi di perkotaan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna dengan ongkos yang relatif terjangkau. 

Gapasdap Gandeng Kemenhub dan KNKT Bahas SOP Pengangkutan Kendaraan Listrik di Surabaya

“Yang pasti, teknologi retrofit ini bukan sebuah rocket science dan relatif mudah diaplikasikan. Karenanya kami optimis bahwa metode yang kami tawarkan ini dapat cepat diterima oleh masyarakat secara luas dan tentunya mendapat dukungan penuh dari pihak pemerintah dan dunia usaha khususnya,” kata Gilarsi.

Gilarsi menjelaskan fakta bahwa Indonesia saat ini merupakan negara ketiga dengan pengguna sepeda motor terbanyak di dunia, dimana sekitar 85 persen rumah tangga di Indonesia setidaknya memiliki satu unit sepeda motor dan menjadikannya sebagai alat transportasi utama. 

Bus Listrik BTS DAMRI Mulai Beroperasi Lagi di Surabaya, Tarif Mulai Rp 2000

“Berdasarkan survey Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), jumlah sepeda motor di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 80 juta, dengan 15 juta di antaranya digunakan untuk melewati kota Jakarta setiap harinya,” tambahnya.

Namun meski begitu, Gilarsi memandang bahwa pelaku industri elektrifikasi transportasi tanah air kini memiliki ragam tantangan. Beberapa di antaranya saling terkait, seperti teknologi yang masih dini dan minimnya pilihan kendaraan listrik di pasaran.

Disamping itu, infrastruktur pendukung seperti SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) juga belum disiapkan. Ketiga faktor tersebut turut mempengaruhi harga akhir yang masih relatif tinggi. 

“Faktor-faktor itu akhirnya membuat masyarakat kita merasa bahwa kendaraan listrik saat ini belum terlalu dibutuhkan,” terang Gilarsi. 

“Bagaimanapun juga, industrialisasi kendaraan listrik ini harus dibangun dan dikembangkan di Indonesia. Saat ini di seluruh dunia, elektrifikasi memang menjadi salah satu yang diandalkan menjadi industri inti masa depan,” kata Gilarsi berpendapat. 

Hal yang kemudian menjadi tantangan bagi pelaku industry elektrifikasi transportasi di Indonesia adalah perlunya menyiapkan terlebih dahulu regulasi standar kendaraan listrik, dalam hal ini pemerintah sebagai pihak berwenang harus mengambil peran utama. 

Untuk mempercepat tumbuhnya industri tersebut, lanjut Gilarsi, memang diperlukan serangkaian ketentuan yang jelas, seperti halnya aturan terkait operasional angkutan umum kendaraan listrik, kendaraan baru & kendaraan hasil retrofit, regulasi terkait dengan infrastruktur kendaraan listrik, aturan teknis produksi dan penggunaan baterai, hingga ketentuan terkait insentif pembiayaan dari Pemerintah untuk kendaraan listrik. 

“Kita juga perlu meningkatkan keterjangkauan dengan menumbuhkan pabrikan lokal. Secara langsung hal ini akan menaikkan nilai ekonomis, sekaligus mematuhi aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN),” sebut Gilarsi.

Di akhir diskusi, Gilarsi menegaskan pihaknya tengah dan akan terus menjalin sinergi dan memperkuat koordinasi dengan pihak regulator, pelaku industri, dan instansi akademik, terutama berkenaan dengan skema bisnis dan pengembangannya di masa depan. 

“Kami perlu lebih memperluas kerja sama dengan pelaku-pelaku industri di dalam ekosistem elektrifikasi ini. Dan yang paling penting, sebagai salah satu pelopor di industri ini, tentu kami akan selalu membutuhkan dukungan pemerintah dalam setiap tahap pengembangan,” tandas Gilarsi. 

Lebih jauh, Direktur PENS Aliridho Barakbah mengatakan bahwa selain VKTR, pihaknya juga mengundang sejumlah institusi seperti Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT PLN (Persero), dan PT INKA (Persero) untuk berpartisipasi secara langsung dalam diskusi tersebut. 

“Kami berharap melalui FGD ini semua pihak bisa saling bersinergi lebih solid demi memetakan industri elektrifikasi transportasi, mengidentifikasi kendala, potensi dan peluangnya sehingga dapat segera kami kembangkan bersama-sama,” ucap Aliridho.

Tak hanya menggelar FGD, PENS dan VKTR juga membuka pameran teknologi di saat yang sama. Salah satunya, kedua pihak memamerkan keberhasilan kolaborasi dalam mengubah sepeda motor bermesin motor bakar konvensional menjadi sepeda motor bertenaga motor listrik, dengan teknologi yang disebut retrofit. 

“Saya kira ini pencapaian penting. Kita, masyarakat Indonesia, membutuhkan teknologi yang terjangkau untuk memperbanyak moda transportasi ramah lingkungan, sekaligus dapat membantu pencapaian target zero emission di Indonesia secara lebih cepat,” pungkasnya.