Pemkot Surabaya Bakal Sanksi Penderita TB yang Menolak Berobat

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Sumber :
  • Mokhamad Dofir/Viva Jatim

Surabaya, VIVA JatimPemkot Surabaya mengancam bakal memberikan sanksi kepada penderita penyakit tuberkolosis atau TBC yang menolak berobat. Sanksi yang dijatuhkan berupa penonaktifan nomor induk kependudukan (NIK) penderita TB.

63 Pekerja Lapor Jadi Korban Penahanan Ijazah di Surabaya

Hal itu disampaikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Ia menyebut, kebijakan ini diberlakukan supaya warganya yang menderita TB mau berobat secara rutin di fasilitas kesehatan. Sehingga penyakit yang menyerang paru-paru tersebut bisa dicegah penularannya.

"Sudah tahu sakit kenapa tidak mau diobati, tidak mau menjaga dirinya, kalau itu [penderita TB] berjalan [beraktivitas di tempat umum] kan bisa menular ke orang lain. Kita punya datanya, sehingga nanti kalau warga Surabaya memang dia sakit, kemudian tidak mau diobati ya sudah, kita bekukan KTP-nya," kata Eri, Senin, 28 April 2025.

Pelatih Futsal Banting Siswa di Surabaya, Wali Kota Eri Cahyadi hingga Kepolisian Turun Tangan

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya, Nanik Sukristina menambahkan, pasien penderita TB yang mangkir selama satu minggu tanpa konfirmasi dan terdapat indikasi drop out atau menolak pengobatan, rumahnya akan ditempeli stiker.

Dasar hukum pemberlakuan sanksi dikatakannya, sesuai Peraturan Wali Kota Surabaya nomor 117 tahun 2024 pasal 26 dan 29.

Demi Tekan Penularan, Pemkot Surabaya Sanksi Tegas Pasien TBC yang Mangkir Berobat

Untuk itu, pihaknya telah membentuk tim dengan melibatkan unsur dari kecamatan, kelurahan, Puskesmas, Bhabinkamtibmas, Babinsa, RT maupun RW, tokoh agama, tokoh masyarakat, Satgas TB, Kader Surabaya Hebat hingga peer educator.

"Mekanisme yang dilakukan dengan intervensi berupa satu kali kunjungan rumah oleh puskesmas dan dua kali kunjungan rumah oleh Tim Hexahelix wilayah, untuk memberikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) sanksi administratif. Jika sudah dilakukan intervensi sebanyak tiga kali dan tetap tidak ada perubahan, maka dilakukan pemasangan stiker 'Mangkir Pengobatan' di rumah pasien," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
img_title