Melihat Kemeriahan Warga Berebut Gunungan Ketupat di Trenggalek
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
"Total tumpeng ada dua, ada Tumpeng Lanang dan tumpeng Wedok. Tumpeng lanang ada sekitar 600-an, kalau tumpengĀ buah tumpeng wedoknya ada sayur sama buah-buahan," jelasnya.
Dirinya berharap, acara seperti ini akan terus berjalan setiap tahun dan lestari. Pihaknya juga menjaga tradisi dengan selalu komunikasi dengan Pondok Pesantren Babul Ulum selaku yang mempunyai hajat.
"Jadi untuk tahun kedepan bisa diagendakan lagi lebih besar kebetulan kemarin coba regenarasi panitia. Yang dari sepuh-sepuh ke yang muda jadi agak sedikit. Tapi Alhamdulillah semua bisa ter-cover," imbuhnya.
Terpisah, salah satu warga Durenan, Mochamad Cholid Huda mengaku, ada kebanggaan tersendiri bagi Warga Durenan Trenggalek. Pasalnya, satu-satunya ciri khas kupatan milik Durenan, meskipun sudah meluas satu Kecamatan.
"Kalau bisa ikoniknya Durenan masyarakat terus dilestarikan dan siap menyambut tamu. Siapa saja, kenal tidak kenal yang datang ke rumah pasti mendapat hidangan ketupat," ujarnya.
Huda menceritakan awal mula dirinya mulai merasakan ramai saat duduk di bangku SMP. Kendaraan berseliweran menuju ke Pondok Pesantren Babul Ulum dan dzurriyah Bani Kiai Abdul Masyir atau yang lebih dikenal Bani Mesir mulai padat.
Puncaknya, ketika Huda menginjak usia SMA. Teman-temannya berduyun-duyun bersilaturrahmi ke rumahnya. Jalan di depan rumah yang awalnya biasa, mendadak di hari Ketupat menjadi ramai.