Masuk Musim Kemarau, Petani di Tulungagung Keluhkan Pengairan hingga Habiskan 4 Liter Solar Sehari

Petani padi di lahan yang sudah mengering
Sumber :
  • Madchan Jazuli/ Viva Jatim

Tulungagung, VIVA Jatim-Musim kemarau di berbagai daerah menimbulkan kekurangan hingga kekeringan di sektor pertanian. Salah satunya di wilayah Tulungagung yang harus menambah biaya diesel menyedot untuk pengairan yang menghabiskan 4 liter solar setiap hari.

Komitmen GISLI Tulungagung Bantu Program Pemerintah Jadi Poros Maritim Dunia

Petani asal Desa Dukuh, Kecamatan Gondang Kabupaten, Sumarwan (62) mengungkapkan bahwa memilih tanaman padi karena Desa Dukuh jarang menanam palawija. Berbeda desa sebelah seperti Desa Tawing atau Desa Gondosuli itu palawija. Akan tetapi, seingat dirinya tiga kali panen padi meskipun tidak ada air.

"Kalau musim ini agak lebih sulit. Diesel dari Poktan ke sungai ada dua diesel. Kalau saya sendiri menyedot air mandiri menghabiskan 4 liter sehari," beber Sumarwan saat ditemukan di petak sawah menyiangi padi, Sabtu, 26 Agustus 2023.

Baru 72,14 Persen Capaian UHC di Tulungagung

Sumarwan menerangkan bahwa masa tanam padi miliknya berusia 20 hari. Butuh pasokan air sebelum memberikan pupuk. Berhubung air tidak ada, ia memilih untuk mengurungkan pemberian pupuk. 

Lahan sawah yang ia tanami merupakan sewa dari tanah bengkok perangkat desa setempat. Luas 650 ru atau 9.100 meter persegi, oleh Poktan dibebankan untuk pengairan sebesar Rp 50 ribu per luas 100 ru.

Bayi Kembar Siam di Tulungaung Tercover BPJS, dari Sebelum hingga Usai Operasi

"Jadi saya harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 300 ribu lebih disamping diesel pribadi. Modalnya hanya sabar dan telaten ketika tidak ada air dan juga tidak ada hujan," tuturnya.

Dengan keadaan demikian, pihaknya berharap dari pemerintah desa maupun diatasnya untuk memperbaiki plesengan sungai yang mengaliri persawahan. Sebab, di dusun sebelah, tak jauh dari lokasi pasokan air dari Waduk Wonorejo yang jaraknya belasan KM bisa terpenuhi.

Halaman Selanjutnya
img_title