Jejak Dewi Gayatri di Candi Boyolangu, Ibu Raja-raja Jawa (2)

Candi Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Jejak Dewi Gayatri di Candi Boyolangu, Ibu Raja-raja Jawa (2)

Musim Penghujan, Bawaslu Tulungagung Rekomendasikan TPS di Tempat Aman

 

 

Hari Jadi ke-819, Pj Bupati Tulungagung: Lokomotif Ekonomi Sosial Budaya Selatan Jatim

JATIM – Dewi Gayatri juga dikenal dengan Rajapatni. Dalam sejarah, dia merupakan putri bungsu dari Raja Kertanegara yang kemudian menjadi salah satu istri Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit. Gayatri juga jadi tetenger sejarah Kabupaten Tulungagung. Jejaknya terdapat di Candi Boyolangu. Di sana terdapat arca Dewi Gayatri.

Gayatri merupakan sosok ibu hebat dibalik raja-raja di Jawa. Sejarawan dan budayawan Tulungagung Budi Karjono menjelaskan, Gayatri atau Rajapatni itu digambarkan sebagai sosok Dewi Kebijaksanaan atau Prajnaparamita karena berhasil melahirkan pemimpin hebat. Tidak hanya lahir dari darah keturunan langsung, namun dari kebijaksanaan dan akal budi yang terasah.

Belasan Anggota PWI Tulungagung Tingkatkan Kapasitas Jurnalistik Membaca Hasil Survei

Dalam catatan sejarah, Gayatri merupakan sosok di belakang nama besar Raden Wijaya sebagai suaminya sendiri. Gayatri melahirkan anak yaitu Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, pemimpin Kerajaan Majapahit ketiga. Tribhuwana kemudian melahirkan Hayam Wuruk yang merupakan Raja Majapahit keempat dengan gelar Maharaja Sri Rajasanagara.

"Gayatri adalah perempuan yang luar biasa, pendharmaannya berada di Candi Boyolangu," papar Budi.

Viva Jatim mengunjungi lokasi Candi Boyolangu yang disebut Budi Karjono tersebut pekan lalu. Kesan pertama menuju ke dalam kompleks candi tampak megah dengan gapura menjulang tinggi. Menuju lokasi arca Gayatri, pengunjung harus melewati sebuah gang sempit.

 Juru Kunci Candi Boyolangu, Jono (70), mengungkapkan bahwa Dewi Gayatri merupakan anak dari Prabu Kertanegara (Singhasari) dan istri dari Raja Wijaya yang merupakan raja pertama Kerajaan Majapahit.

Dia menambahkan, Gayatri beragama Buddha, sementara Raden Wijaya beragama Hindu. Itu sebabnya ketika wafat, jasad Gayatri dibakar dan dibawa ke Tulungagung di Candi Sanggrahan atau Candi Cungkup dan di persinggahan terakhir di Boyolangu.

Saat wafat di Trowulan, abu Gayatri diletakkan di lokasi Candi Boyolangu dan sebagian dilarung ke laut selatan. Yang mana sebelumnya singgah di Sanggrahan, saat ini lokasinya di Candi Cungkup atau Candi Sanggrahan. 

"Itu tempat peristirahatan pembawa abu Gayatri lalu didharmakan di Boyolangu  di sini," ungkap Jono.

Kakek dua cucu itu menjelaskan, Candi Boyolangu ditemukan pada tahun 1914. Candi Boyolangu adalah peninggalan Majapahit yang dibuat pada masa pemerintah Hayam Wuruk. Proses pembangunan Candi Boyolangu diperkirakan berlangsung selama 30 tahun, dari tahun 1359 sampai 1389. Candi Boyolangu terdiri dari tiga bagian, utara, tengah dan selatan. Di tengah adalah bagian induk tempat arca Gayatri. 

Candi Boyolangu berdiri di atas lahan kurang lebih 37 x 28 meter. Sedangkan tinggi Arca Gayatri 2,5 meter. Banyak struktur bata yang sudah berubah warna menjadi hijau gelap karena termakan lumut. Saat Viva Jatim berkunjung ke sana, beberapa orang terlihat mengerjakan pagar pembatas yang mengitari Candi Boyolangu. 

Jono menjelaskan, pengunjung Candi Boyolangu tak begitu banyak. "Pernah ada pengunjung dari luar kota, satu hingga dua bus. Ada juga yang ritual saat Hari Galungan, kalau orang Kejawen hari Selasa Kliwon dan seterusnya. Kalau orang sekitar nyadran kalau ada hajatan," katanya. (Habis)