Unik, Satu Keluarga Ini Mudik Jakarta - Banyuwangi Naik Bajaj hingga Mogok
- M. Lutfi Hermansyah/ Viva Jatim
Mojokerto, VIVA Jatim - Beragam cara dilakukan warga demi bisa berlebaran di kampung halaman. Salah satunya seperti yang dilakukan Royadi (40) beserta keluarganya dengan memilih mudik dari Jakarta ke Banyuwangi menggunakan Bajaj.
Royadi, yang berprofesi sebagai sopir bajaj di Jalarta Pusat itu mengaku lebih hemat jika pulang kampung naik bajaj. Keterbatasan finansial tidak menghambatnya untuk melakukan mudik kali ini karena dia memiliki bajaj.
Royadi bersama istrinya, Dayunimas (42), dua anak peremuan Sindiana Sehra (20) dan Maulina (13) serta satu cucunya, Ahmad David Pratama (3). Mereka turut membawa barang-barang seperti pakaian dan lainnya. Barang-barang tersebut dibungkus terpal dan diletakan di atas bajaj.Mereka berangkat dari Jakarta pada Jumat, 5 April 2024.
Perjalanan jauh itu mereka tempuh selama 2 hari. Ia sampai di Dusun Bubuk Krajan, Desa Bubuk, Rogojampi, Banyuwangi pada Minggu, 14 April 2024. Mereka tak mendapati kendala apapun di jalan. Sesekali mereka berhenti di Masjid dan pom bensin untuk istirahat.
“Kembali ke Jakarta kemarin (Kamis, 11 April 2024) jam 09.00,” kata Royadi kepada VIVA Jatim, Jumat, 12 April 2024.
Namun, perjalanan kembali ke Jakarta tak semulus ketika berangkat ke Banyawungi. Bajaj bernopol B 4053 TZB yang mereka tumpangi mogok saat melintas di Jalan Raya Trowulan, Kecamatan Trowulan Mojokerto, tepatnya di depan komplek pemakaman Cina sekitar pukul 15.00 WIB.
“Blok Kop dan seher hancur ,” ujar Royadi.
Karena kerusakan mesin, mereka terpaksa harus menepi dan mencari bengkel. Apesnya, tak ada satu pun bengkel yang buka kala itu.
“Dari makam itu didorong orang ke Pom. Istirhat di Pom, tapi di pom bensin tidak enak karena enak wajahnya jutek-jutek. Akhirnya saya pindah ke ruko ini, dibantu dorong sama orang yang kerja di ruko ini,” ungkapnya.
Hingga larut malam, Royadi tidak tahu hurus mencari bantuan kemana. Ia dan kelurgamya memutuskan tidur di pelataran ruko hingga keesokan harinya.
Ia bercerita, dalam perjalan mudik ini berbekal uang Rp 1,5 juta. Uang tersebut untuk keperluan bensin dan makan selama perjalanan.
“Modal buat beli bensi dari Jakarta ke Banyuwangi Rp 400 ribu. Ini pulang bensin habis Rp 200 ribu. Dan makan Rp 400 ribu. Jadi habis Rp 1 juta. Sekarang sisa Rp 500 ribu, saya irit-irit,” bebernya.
Sampai Kamis, 12 April 2024 sore, mereka hanya bisa pasrah sembari menunggu pertolongan. Royadi mengaku tak bisa berbuat banyak karena sisa uang yang ia memilki pasti tidak bisa untuk mengganti dengan Blok Kop baru. Apalagi, lanjut dia, sparepart Bajaj jarang ditemui di Mojokerto.
“Kalau dibelikan blok kop Rp 900 ribu habis dan bahkan kurang. Sekarang saya pasarah, Kalau ada yang menolong syukur, kalau tidak ada ya sudah. Karena satu-satunya barang ini (blok kop) adanya di jakarta, tidak ada yang asli kayak ini disini,” terangnya.