Tradisi Ngesti Suro di Bumi Majapahit Penuh Khidmat
- Viva Jatim/M Lutfi Hermansyah
Sesaji yang biasa disebut cok bakal ini terdiri dari pisang, bunga setaman, kelapa gading muda, beras, dan empon-empon. Setiap unsur daru cok bakal ini memiliki filosofi masing-masing.
Air kelapa gading muda dibagikan kepada yang hadir untuk diminum. Menurut Mustofa, meminum air kelapa muda ini diharapakan mendapat keberkahan.
“Kelapa gading muda ini memang khusus sesaji dan memang sudah ketentuan (pakem). Tujuannya diberikan agar mendapat berkah dari para leluhur bagi yang hadir,” terangnya.
Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan kenduri atau perjamuan makan. Kelima tumpeng tersebut disantap bersama-sama.
Pria yang akrab disapa Momok itu menjelaskan, tradisi ini memberikan makna pada ketentraman batin serta keselamatan. Sebab, masyarakat Jawa meyakini selama bulan Suro harus terus bersikap waspada, dan bersyukur selalu ingat bahwa siapa kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Selain itu, juga untuk meminta perlindungan kepada sang pencipta.
“Berdoa di situ agar para leluhur juga ikut menggotong tingkah laku keturunannya sekarang ini,” bebernya.
Tak sampai disitu, acara dilanjutkan dengan siraman di Punden Mbah Sumber Sari, Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto. Sebelum memulai siraman, mereka lebih dulu berdoa dengan kepercayaannya masing-masing untuk meminta restu leluhur di tempat ini.