Feti, Pengusaha Penggilingan Padi di Blitar Ini Pasok Beras Ribuan Ton per Tahun

Owner Padi Gemilang, Feti dan Mitra Penggilingan Gabah Blitar.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Blitar, VIVA Jatim –Luas dan bersih, dua kata yang tersemat di salah satu penggilingan padi yang berada di Dusun Gendes, Desa Pikatan Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar. Adalah Feti Fatimah, Owner Padi Gemilang sekaligus pemilik Penggilingan Gabah.

Temui Petani di Lamongan, Mentan Dicurhati Gabah Murah Hingga Pupuk Langka

Ibu muda ini selain memiliki brand kemasan beras untuk pasar lokal juga sebagai Mitra dari Kancab Bulog Tulungagung. Ribuan gabah akumulasi permintaan pasar lokal dan Perum Bulog menjadi langganannya setiap tahun.

Dirinya mengajak berkeliling ke gudang penggilingan tepat disebelah timur dan belakang rumahnya. Meski tak ada pekerja, terasa penuh riuh apabila musim panen raya di gudang penggilingan tersebut.

Mentan Minta Bulog Tak Beli Gabah Petani di Bawah Harga HPP

Feti mengatakan permintaan Bulog tergantung permintaan dan kemampuan penggilingannya. Ia mencontohkan tahun kemarin mencapai 800an ton, tapi tahun ini sedikit turun 600 sampai 500an ton per tahun yang pengadaan Public Service Obligation (PSO) atau kewajiban pelayanan publik.

Sedangkan untuk hari ini pemenuhan pasar lokal per bulan permintaan sudah lumayan. Rentang permintaan pasar sekarang perbulan sekitar 180 sampai 200an ton.

Beras SPHP Diperjualbelikan di Marketplace Diatas HET, Ini Respons Bulog Tulungagung

"Sehingga total pasar lokal dan Bulog tahun kemarin sekitar 1.200 sampai 1500an ton," ujar Feti Fatimah ditemui di kediamannya, Kamis, 12 September 2024.

Ditanya jumlah petani yang setor ke penggilingannya, Feti tidak bisa menghitung pasti. Sebab petani cukup banyak dan silih berganti keluar masuk. Sementara untuk penebas (tengkulak besar yang mengambil dari petani) ada sebanyak 11 pihak.

"Penebas, ya ada yang dari Tulungagung, ada yang dari Kediri. Kalau musim disini tidak ada, saya ngambil dari Jombang atau Ngawi begitu," imbuhnya.

Dengan jumlah pekerja 7 orang, semua bertugas sesuai masing-masing yang ada sudah terploting. Ada di dryer, ada bagian pengeringan, hingga bagian penggilingan.

Menurutnya, Bulog sebagai rantai pasok dari hulu ke hilir cukup berperan penting. Yaitu sebagai penyeimbang harga, jadi apabila tidak ada Bulog, pasti permainan harga di lapangan ini sangat naik turun karena banyak pemain-pemain mafia besar yang mempermainkan harga.

"Karena ada bulog sebagai penyeimbang harga, harga tidak akan merugikan petani juga tidak memberatkan konsumen oeran bulog saya rasa itu," ulasnya.

Alumnus SMAN Talun Blitar ini mengatakan mesin yang ia miliki ada 1 unit 1 set penggilingan ada 5 mesin, dengan kekuatan bisa 1 penggilingan dalam waktu 1 jam bisa menyelesaikan berat 2 ton.

"Kalau kita ya sebutuhnya saja, tapi kalau pada saat panen raya difullkan 1 jam 2 ton," paparnya.

Luas gudang sebesar 50 x 20 meter, dengan mesin baru ini lebih efektif, karena spesifikasi permintaan Bulog maupun di pasar lokal harus 20 persen broken (beras yang tidak utuh). Dengan begit dari mesin langsung masuk ke Bulog tidak ada proses pengayakan.

"Tidak perlu proses pengayaan atau pemisahan menir dan broken, langsung jadi karena sudah sesuai spesifikasi," ulasnya.

Ia mengaku kadar patahnya beras kalau di bulog ada aturan tersendiri. Aturan tersebut apabila menggunakan mesin yang lama harus diakali dengan diayak, kalau tidak diayak pasti tidak masuk.

"Dengan mesin ini Lebih mudah juga karena lebih modern lebih digitalisasi, sekarang serba tombol," tandasnya.