Pavingisasi di Bulak Banteng Surabaya Picu Protes Warga

Samarta menunjukkan pagar rumahnya ambruk
Sumber :
  • VIVA Jatim/Mokhamad Dofir

Surabaya, VIVA Jatim – Proyek pavingisasi di Bulak Banteng Madya, Kecamatan Kenjeran, Surabaya diprotes warga. Pasalnya, pekerjaan milik Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Pemerintah Kota Surabaya itu justru menciptakan persoalan baru saat proses pengerjaan.

Ada 150 Ribu UMKM di Surabaya, Baru 19 Ribu Mamin Bersertifikasi Halal

Tak sedikit warga mengeluh tempat tinggal mereka menjadi lebih rendah dari jalan sehingga rawan luberan air hujan. Belum lagi sebagian mengaku akses keluar masuk rumah menjadi terganggu karena daun pintu menabrak pasangan box culvert untuk saluran air.

Bahkan, salah satu warga terpaksa menanggung rugi setelah pagar rumahnya ambruk saat tahap penggalian untuk membuat saluran air pada proyek senilai Rp399 juta itu.

330 Pasangan Ikuti Nikah Massal di Balai Kota Surabaya, Tertua Umur 70 Tahun

Seorang warga bernama Sumarta (63) mengatakan, proyek pemerintah tersebut sebenarnya sangat bermanfaat bagi warga setempat. Hanya saja kata dia, pengerjaan dilakukan dengan tidak memerhatikan kondisi lapangan.

"Dengan proyek itu kan [pemerintah] seharusnya [berpikir] rakyatku biar sejahtera, biar enak. [Tapi kenyataannya] bisa dilihat sendiri kalau kayak gini, nambahi [urukan] sendiri, ngerjakan [memperbaiki pagar] sendiri," ujar Sumarta kepada VIVA Jatim, Minggu, 30 Juni 2024.

Potret-potret Kota Lama Surabaya yang akan Diluncurkan sebagai Wisata Baru

Oleh sebab itu dia bersama warga lain memprotes proyek tersebut dan berharap agar bisa dikerjakan berdasar kondisi lapangan, bukan asal-asalan.

Tetangga Sumarta, Nimah menambahkan, pagar rumah miliknya tidak bisa dibuka lebar lantaran ujungnya menghantam sisi box culvert yang dipasang untuk saluran air. "Ya terus didukurno [lalu dibuat tinggi]. Biaya [sendiri], siapa lagi yang membiayai," tambahnya.

Ia meminta supaya pelaksana proyek tidak membangun jalan terlalu tinggi melainkan disesuaikan dengan keadaan rumah warga supaya tidak menimbulkan keresahan.

"Mau saya segini, bukan segini," pintanya sembari menunjukkan batas permukaan jalan yang dikehendaki warga.

Kental logat Madura-nya, Nimah menyampaikan, bahwa lingkungan yang menjadi tempatnya tinggal selama ini tidak pernah kebanjiran saat musim hujan. Hanya saja terdapat genangan kecil yang langsung surut begitu hujan reda, sehingga tidak perlu terlalu meninggikan permukaan jalan.

"Nggak pernah banjir di sini, banjir cuma sedikit sudah [cepat] surut. Kok malah ada proyek ini terlalu tinggi [permukaan] omah entek kabeh [rumah habis semua]," tandasnya.

Untuk mengkonfirmasi soal protes warga, VIVA Jatim berupaya mengkonfirmasi melalui pesan Whatsapp kepada Kabid Jalan dan Jembatan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya, Adi Gunita. Namun, Adi tak merespon pesan tersebut namun berdasarkan tanda yang muncul, pertanyaan wartawan sudah dibaca dan tidak ada tanggapan.