Senyum Petani Nanas Kediri, Hasil Meningkat 'Program Makmur' Pakai Pupuk Non Subsidi
- Madchan Jazuli
Akan tetapi, dari petugas penyuluh pertanian lapangan sedikit demi sedikit mengedukasi petani. Sehingga saat ini sudah menggunakan pupuk non subsidi, yang ditiru oleh kelompok tani lainnya.
"Perasaan petani ya senang, aslinya lha hasilnya kelihatan di tanaman perbedaan yang non dan subsidi itu jauh. Biasanya petani menggunakan Pupuk Petrokimia Phonska 15 15 plus untuk pembuahan. Kalau pertumbuhan ZA Plus, dan Nitrea," akuinya.
Petani yang timur berbatasan dengan Perhutani Lereng Gunung Kelud ini merasa terbantu dan berterima kasih. Harapannya program tersebut tetap ada, sehingga petani tidak kesulitan dalam pupuk.
Selain itu, petani kelahiran 1969 ini terus terang, masalah alat pertanian masih minim. Dirinya bermimpi kecanggihan teknologi bisa meringankan beban petani baik dari sisi tenaga maupun menekan harga perawatan masa tanam.
Petani yang juga menanam lombok serta memiliki 9 ekor kambing sebagai ternak juga menaruh harapan supaya kedepan lebih maju ke alat pertanian.
Apabila di nanas, yang paling petani butuhkan terutama traktor. Pasalnya, lahan nanas ketika sudah panen, bagian bonggol pohon dicacah untuk pupuk di lahan langsung.
"Sebelumnya manual menggunakan cangkul. Alat mencacah agar cepat tidak manual," harapnya.
Terpisah, Kepala Bidang Hortikultura, Dwi Kristian menerangkan untuk pendampingan dari pemerintah mulai dari pengembangan varietas unggul. Seperti Queen Simplek dan PK-1.
"Yaitu mulai budidaya, pasca panen dan produk olahan seperti minuman, kue, maupun serat nanas," ujar Dwi Kristian kepada VIVA Jatim, Sabtu sore, 1 Maret 2025.