Senyum Petani Nanas Kediri, Hasil Meningkat 'Program Makmur' Pakai Pupuk Non Subsidi
- Madchan Jazuli
Sugianto mengaku desa dan Poktan yang ia pimpin mulai bergabung pendampingan Pupuk Petrokimia Gresik. Perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan pupuk non subsidi terlihat ada kemajuan signifikan.
Sugianto mengatakan dahulu luas lahan 1 hektare harus memupuk sekitar 4 kali. Menghabiskan pupuk bersubsidi 1 ton untuk sekali pemupukan.
Sementara, pendampingan yang dilakukan oleh pihak pupuk, perhektare non subsidi hanya menghabiskan 4 kwintal. Pupuk yang digunakan pertumbuhan nanas biasanya ZA Plus atau Urea.
Melansir dari laman Pupuk Petrokimia Gresik, ZA Plus mengandung Nitrogen 21 persen, Sulfur 24 persen dan lainnya. Hal tersebut memacu pembentukan klorofil sehingga daun tampak lebih hijau, meningkatkan mutu hasil panen dengan memperbaiki warna, aroma, rasa, dan besar buah/umbi.
"Pertama dulu kalau dicokol (langsung tabur) pupuknya agak banyak, sekarang pakai kocor (campur dengan air) lebih ngirit. Per kwintal dikocor 3 kwintal sudah cukup perbandingan dengan subsidi jauh," ulasnya.
Ia mengatakan sebelumnya, lahan seluas satu hektar membutuhkan pupuk antara 8 kwintal sampai 1 ton. Namun, untuk non subsidi hanya 4 sampai 5 kwintal. Jika dikocor 4 kwintal.
Sugianto melanjutkan penggunaan pupuk sebanyak empat kali sejak menanam hingga panen.Tinggal mengalikan jika menggunakan non subsidi kali 4, dan hasilnya bisa langsung terlihat.
"Hasilnya kelihatan di tanaman. Perbedaannya banyak, daun nanas kalau non subsidi bisa lebar dan gemuk gemuk. Serta mempengaruhi beratnya buah juga jauh," ujarnya.
Sugianto yang sehari-hari berladang merawat nanas mengaku buah yang bagus bisa mencapai ukuran tinggi 25 cm. Dan itu masuk kategori buah nanas bagus.